Monday, September 06, 2021

Anies Baswedan dan Covid-19 pada Hewan


Sejak awal Agustus 2021 yang lalu, masyarakat Indonesia sempat ramai memperbincangkan adanya informasi bahwa covid-19 dapat menginfeksi pada hewan.

Puncaknya, hal ini setelah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengunggah gambar dan status di Instagram miliknya yang mengungkapkan tentang adanya salah satu hewan (satwa) koleksi di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta, yakni dua ekor harimau yang bernama Hari dan Tino, dinyatakan positif Covid-19.

Akibatnya, seluruh Indonesia seolah “tersadarkan” bahwa ancaman Covid-19 ternyata tidak hanya menyerang pada manusia saja atau tidak hanya mempengaruhi kesehatan masyarakat saja, tetapi juga dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan pada hewan.

Oleh sebab itu, faktor kepopuleran dari Gubernur Anies Baswedan diakui mampu mempengaruhi persepsi publik. Efeknya, kita bersyukur, peran profesi dokter hewan pun akhirnya banyak dikenal oleh publik. Karena tidak sedikit dokter hewan yang diminta pendapatnya dan diliput di berbagai media massa menanggapi permasalahan itu.

Namun demikian, informasi tentang laporan hewan terpapar Covid-19 sejatinya sudah terjadi sejak lama. Bahkan, kasusnya pun sudah ada sejak awal terjadinya pandemi Covid-19 di dunia ini.

Hal ini sebagaimana dilansir berita dari National Geographic (6/4/2020), bahwa menurut laporan Wildlife Conservation Society (WCS), seekor harimau Melayu di Kebun Binatang Bronx, New York, Amerika Serikat dinyatakan positif Covid-19 atau positif terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Selanjutnya, enam ‘kucing besar’ lainnya juga menunjukkan gejala yang konsisten dengan penyakit tersebut. Menurut Paul Calle, Kepala dokter hewan yang bekerja di Kebun Binatang Bronx seperti diumumkan Kementerian Pertanian AS, kejadian pertama ini terjadi pada 5 April 2020. Dengan kata lain, laporan infeksi Covid-19 pada hewan telah ada sejak sekitar 1 bulan setelah Covid-19 menginfeksi manusia di Indonesia untuk pertama kali.

Selanjutnya, kasus infeksi Covid-19 pada hewan ini pun ternyata juga sudah dilaporkan di berbagai negara di dunia. Hingga pertengahan Agustus 2021, berdasarkan laporan yang masuk ke organisasi kesehatan hewan dunia atau Office of International des Epizooties (OIE), tercatat ada 500 kasus Covid-19 pada hewan dan terjadi setidaknya pada 10 spesies hewan di 30 negara.

Oleh karena itu, tidak dipungkiri, lagi-lagi peranan seorang publik figur seperti Gubernur Anies Baswedan ternyata sangat dibutuhkan dalam komunikasi massa.

Gubernur Anies Baswedan secara tidak langsung juga berperan dalam menginformasikan bahwa kesehatan hewan adalah sama pentingnya dengan kesehatan masyarakat. Meski, ironisnya tidak sedikit masyarakat yang menganggap informasi ini sebagai dagelan atau lucu-lucuan semata.

Di samping itu, tidak sedikit masyarakat, khususnya para netizen yang juga beranggapan bahwa Gubernur Anies hanya mencari sensasi belaka. Padahal, kondisinya benar adanya. Hewan (Harimau) yang merupakan koleksi kebun binatang Ragunan dan merupakan mahluk ciptaan Allah SWT itu benar terinfeksi Covid-19.

Kepastian ini setelah dilakukan pemeriksaan klinis oleh dokter hewan, menunjukkan gejala klinis sesak napas, bersin, keluar lendir dari hidung, dan nafsu makan menurun.

 

Gejala tersebut dialami Tino pada 9 Juli 2021. Kemudian, selang dua hari, harimau lain, yakni Hari, juga mengalami sakit dengan gejala yang sama seperti Tino.

Melihat hal ini, guna memastikan diagnose, pada 14 Juli 2021, petugas melakukan tes swab kepada Tino dan Hari dan Kemudian (sampelnya) dikirim ke laboratorium Pusat Studi Satwa Primata, IPB Bogor. Lalu, hasilnya keluar tanggal 15 Juli 2021 yang menyatakan bahwa kedua satwa tersebut terpapar Covid-19. Artinya, benar kedua hewan tersebut terinfeksi Covid-19.

Jika ditelaah lebih jauh, dalam ilmu komunikasi, Gubernur Anies Baswedan sejatinya juga sedang membangun komunikasi. Bahwa dirinya bukan hanya bertanggung jawab terhadap mahluk seperti Manusia saja, tetapi mahluk lain yang bernama hewan yang berada di DKI Jakarta juga tidak lepas dari tanggung jawab jajarannya.

Tentu hal ini menarik, mengingat sejatinya pemimpin atau khalifah memang tidak hanya memiliki manfaat untuk manusia saja, tetapi juga bermanfaat untuk hewan dan lingkungannya.

Atas kejadian ini, dokter hewan yang selama ini sering di parodikan karena dianggap "kurang kerjaan" karena mengobati mahluk yang bernama hewan, harus terus mengedukasi masyarakat, bahwa hewan juga butuh sehat. Dokter hewan tidak boleh hanya sebatas mengobati atau menyehatkan hewan saja, tetapi juga sebaiknya selalu mengkomunikasikan, menginformasikan dan mengedukasi masyarakat tentang dunia kesehatan hewan.

Selain itu, paradigma kesehatan saat ini juga tidak lagi berfokus pada kesehatan masyarakat semata, tetapi, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan mewujudkan kesehatan masyarakat yang paripurna, maka kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan menjadi point penting yang harus diwujudkan.

Apalagi, saat ini kedokteran hewan, dalam tataran kampus juga telah masuk dalam rumpun ilmu kesehatan. Satu rumpun dengan kedokteran, kedokteran gigi, farmasi, keperawatan, kebidanan dan lain sebagainya. Kedokteran hewan tidak lagi masuk dalam rumpun ilmu hayat pertanian (peternakan) sebagaimana yang selama ini masyarakat ketahui. Dengan demikian, perubahan rumpun ilmu ini juga sejatinya harus mampu dijawab oleh Profesi Dokter Hewan, bahwa pengabdiannya bukan hanya untuk hewan dan perekonomian semata, tetapi lebih jauh dari pada itu, yakni akan bermuara pada kesejahteraan manusia, sebagaimana motto PDHI: ‘Manusya Mriga Satwa Sewaka’. Melalui Hewan Mengabdi Kemanusiaan.

Akhirnya, semoga ke depan akan muncul figur lain selain Gubernur Anies Baswedan yang juga memberikan perhatiannya kepada kesehatan hewan. Sehingga advokasi tentang pentingnya kesehatan hewan dapat lebih mudah difahami oleh masyarakat. Semoga!

ditulis oleh: drh. Iwan Berri Prima, MM

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Vetnesia Edisi Agustus 2021

    Choose :
  • OR
  • To comment