Ketika pandemi Covid-19 belum usai, kini muncul lagi penyakit yang ditularkan dari hewan yang juga berbahaya. Penyakit itu bernama Nipah Virus Disease (penyakit Nipah).
Bernama Nipah,
karena penyakit ini di identifikasi pertama kali di daerah Sungai Nipah, negara
bagian Negeri Sembilan Malaysia. Saat itu menyerang ternak Babi pada bulan
September 1998. Namun, penyakit ini juga telah menewaskan lebih dari 100 orang
pada tahun 1998-1999 di Malaysia dan kasusnya belum dinyatakan usai hingga saat
ini.
Oleh karena itu,
sejatinya penyakit Nipah ini bukan hal yang baru. Namun kehebohan publik muncul
ketika awal tahun ini tim pemburu virus asal Thailand, Supaporn
Wacharapluesade, mengungkapkan ada ancaman yang lebih serius selain Covid-19
yang juga berbahaya bagi kelangsungan kehidupan manusia, yakni Virus Nipah.
Sebagaimana
diketahui, Supaporn Wacharapluesade adalah seorang peneliti yang pertama kali
berhasil mengungkap adanya virus Corona (Covid-19) di luar China. Keberadaan
Nipah Virus yang disampaikan Supaporn Wacharapluesade tentu menjadi atensi
tersendiri bagi berbagai negara, khususnya negara di kawasan Asia.
Apalagi,
sebagaimana dilansir bbc.com (25/01/2021),Wacharapluesadee adalah pemburu virus
kelas wahid. Ia memimpin Thai Red Cross Emerging Infectious Disease-Health
Science Centre, lembaga penelitian yang meneliti penyakit-penyakit infeksi baru
(emerging disease), di Bangkok. Selama 10 tahun terakhir, ia juga menjadi
bagian dari Predict, ikhtiar global untuk mendeteksi dan menghentikan penyakit
yang dapat menular dari hewan ke manusia.
Lantas, apa
sebenarnya penyakit Nipah itu? Penyakit Nipah adalah penyakit yang disebabkan
oleh Virus Nipah (NiV). Virus ini menyerang pada hewan babi.
Menurut peneliti
dari Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor, drh. Indrawati Sendow
dan drh. R.M Abdul Adjid, dalam journal WartaZoa yang diterbitkan pada tahun 2005,
bahwa gejala klinis pada hewan Babi jika terinfeksi Nipah Virus yang paling
sering tampak antara lain demam tinggi mencapai 40°C yang disertai dengan
ganguan pernafasan seperti batuk yang sangat keras, sesak nafas sehingga babi
selalu membuka mulutnya, dan ingusan yang dapat disertai dengan darah.
Selain gangguan
pernafasan, gangguan syaraf seperti tremor, inkoordinasi, menggigit besi
pembatas kandang dan kejang-kejang . Pada babi dengan gejala seperti ini sering
diakhiri dengan kematian. Namun, Pada babi induk dan pejantan, gejala klinis
sering tidak tampak, bahkan langsung menimbulkan kematian.
Selain babi,
hewan lain yang terdeteksi dapat bertindak sebagai reservoir adalah hewan
Kalong atau kelelawar pemakan buah (Pteropus
sp). Bahkan, diduga penularan Nipah lebih banyak diakibatkan oleh jenis
hewan ini. Situasi ini juga mirip seperti kejadian Covid-19 yang juga
terdeteksi berasal dari Kelelawar (jenis Tapal Kuda atau horseshoe bat). Meskipun
pada akhirnya, para ilmuwan sepakat jangan selalu mengkambinghitamkan kelelawar
(Don't Blame Bats).
Selanjutnya,
bagaimana gejala klinis Nipah Virus pada manusia dan bagaimana cara
penularannya? Menurut drh. Didik Budijanto, Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI, kejadian infeksi
virus nipah pada manusia di Indonesia belum pernah dilaporkan. Namun, mengingat
jarak antara Malaysia dan Indonesia tidak terlalu jauh, tentu kita harus
waspada. Terlebih, Singapura, India, China dan Bangladesh pernah melaporkan
adanya kasus penyakit ini di negaranya.
Sebagaimana
dilansir Firdaus Anwar dari detik.com (30/01/2021), Kasus infeksi pada manusia
umumnya terjadi lewat kontak langsung dengan hewan, artinya seseorang terpapar
ketika melakukan kontak fisik dengan cairan tubuh atau kotoran hewan yang
sakit. Sebagai contoh laporan di Bangladesh menyebut, kasus-kasus kemungkinan
orang terinfeksi saat mengonsumsi makanan dari pohon yang tercemar kotoran
kelelawar. Namun demikian, beberapa laporan juga menyebut virus bisa menular
antar manusia.
Lalu, apa
sebenarnya gejala yang dialami ketika seseorang terpapar virus nipah?
Sebagaimana diulas rri.co.id (28/01/2021) dari laman resmi Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), berikut ini gejala klinis yang
muncul pada Manusia, yaitu: Pertama, Gejala 4 hingga 14 hari, Setelah
terpapar virus nipah, gejala biasanya akan muncul dalam 4 sampai 14 hari.
Seseorang yang awalnya terkena nipah akan merasakan gejala awal yakni demam,
sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, dan susah bernapas. Kedua,
Gejala berat, Selain gejala ringan, gejala berat seperti disorientasi,
mengantuk, kebingungan, kejang, pembengkakan otak (enshepalitis) hingga koma.
Bahkan pembengkakan otak hingga kebingungan dapat berkembang menjadi koma
hingga 24-48 jam ke depan.
Bagaimana cara
menghindari virus nipah? Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat serta
menerapkan protokol kesehatan penting untuk menghindari penularan penyakit ini,
diantaranya adalah Mencuci tangan secara bersih dan teratur menggunakan sabun
dan air, Hindari kontak dengan hewan seperti kelelawar atau babi yang sakit, Jangan
mendekati area tempat kelelawar, Jangan mengonsumsi nira kurma mentah atau
buah-buahan tanpa dicuci terlebih dahulu, terutama hindari mengonsumsi buah-buahan
yang mungkin terkontaminasi oleh kelelawar, Hindari kontak dengan orang yang
terinfeksi NiV (virus Nipah) dan jika menemukan hewan ternak sakit, khususnya hewan
Babi yang sakit, segera hubungi dokter hewan atau petugas kesehatan hewan
terdekat. Bahkan, Kejadian ini semakin meneguhkan bahwa urusan kesehatan hewan
tidak boleh dianggap remeh. Terlebih bagi daerah Kabupaten/Kota yang belum
memiliki SDM Dokter Hewan Berwenang di daerahnya.
*drh. Iwan Berri Prima
*Tulisan ini pernah
dimuat di Koran Tanjungpinang Pos, edisi Selasa 2 Februari 2021