Tuesday, February 02, 2021

Membedah Virus Nipah


Ketika pandemi Covid-19 belum usai, kini muncul lagi penyakit yang ditularkan dari hewan yang juga berbahaya. Penyakit itu bernama Nipah Virus Disease (penyakit Nipah).

 

Bernama Nipah, karena penyakit ini di identifikasi pertama kali di daerah Sungai Nipah, negara bagian Negeri Sembilan Malaysia. Saat itu menyerang ternak Babi pada bulan September 1998. Namun, penyakit ini juga telah menewaskan lebih dari 100 orang pada tahun 1998-1999 di Malaysia dan kasusnya belum dinyatakan usai hingga saat ini.

 

Oleh karena itu, sejatinya penyakit Nipah ini bukan hal yang baru. Namun kehebohan publik muncul ketika awal tahun ini tim pemburu virus asal Thailand, Supaporn Wacharapluesade, mengungkapkan ada ancaman yang lebih serius selain Covid-19 yang juga berbahaya bagi kelangsungan kehidupan manusia, yakni Virus Nipah.

 

Sebagaimana diketahui, Supaporn Wacharapluesade adalah seorang peneliti yang pertama kali berhasil mengungkap adanya virus Corona (Covid-19) di luar China. Keberadaan Nipah Virus yang disampaikan Supaporn Wacharapluesade tentu menjadi atensi tersendiri bagi berbagai negara, khususnya negara di kawasan Asia.

 

Apalagi, sebagaimana dilansir bbc.com (25/01/2021),Wacharapluesadee adalah pemburu virus kelas wahid. Ia memimpin Thai Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre, lembaga penelitian yang meneliti penyakit-penyakit infeksi baru (emerging disease), di Bangkok. Selama 10 tahun terakhir, ia juga menjadi bagian dari Predict, ikhtiar global untuk mendeteksi dan menghentikan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia.

 

Lantas, apa sebenarnya penyakit Nipah itu? Penyakit Nipah adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Nipah (NiV). Virus ini menyerang pada hewan babi.

 

Menurut peneliti dari Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor, drh. Indrawati Sendow dan drh. R.M Abdul Adjid, dalam journal WartaZoa yang diterbitkan pada tahun 2005, bahwa gejala klinis pada hewan Babi jika terinfeksi Nipah Virus yang paling sering tampak antara lain demam tinggi mencapai 40°C yang disertai dengan ganguan pernafasan seperti batuk yang sangat keras, sesak nafas sehingga babi selalu membuka mulutnya, dan ingusan yang dapat disertai dengan darah.

 

Selain gangguan pernafasan, gangguan syaraf seperti tremor, inkoordinasi, menggigit besi pembatas kandang dan kejang-kejang . Pada babi dengan gejala seperti ini sering diakhiri dengan kematian. Namun, Pada babi induk dan pejantan, gejala klinis sering tidak tampak, bahkan langsung menimbulkan kematian.

 

Selain babi, hewan lain yang terdeteksi dapat bertindak sebagai reservoir adalah hewan Kalong atau kelelawar pemakan buah (Pteropus sp). Bahkan, diduga penularan Nipah lebih banyak diakibatkan oleh jenis hewan ini. Situasi ini juga mirip seperti kejadian Covid-19 yang juga terdeteksi berasal dari Kelelawar (jenis Tapal Kuda atau horseshoe bat).  Meskipun pada akhirnya, para ilmuwan sepakat jangan selalu mengkambinghitamkan kelelawar (Don't Blame Bats).

 

Selanjutnya, bagaimana gejala klinis Nipah Virus pada manusia dan bagaimana cara penularannya? Menurut drh. Didik Budijanto, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI, kejadian infeksi virus nipah pada manusia di Indonesia belum pernah dilaporkan. Namun, mengingat jarak antara Malaysia dan Indonesia tidak terlalu jauh, tentu kita harus waspada. Terlebih, Singapura, India, China dan Bangladesh pernah melaporkan adanya kasus penyakit ini di negaranya.

 

Sebagaimana dilansir Firdaus Anwar dari detik.com (30/01/2021), Kasus infeksi pada manusia umumnya terjadi lewat kontak langsung dengan hewan, artinya seseorang terpapar ketika melakukan kontak fisik dengan cairan tubuh atau kotoran hewan yang sakit. Sebagai contoh laporan di Bangladesh menyebut, kasus-kasus kemungkinan orang terinfeksi saat mengonsumsi makanan dari pohon yang tercemar kotoran kelelawar. Namun demikian, beberapa laporan juga menyebut virus bisa menular antar manusia.

 

Lalu, apa sebenarnya gejala yang dialami ketika seseorang terpapar virus nipah? Sebagaimana diulas rri.co.id (28/01/2021) dari laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), berikut ini gejala klinis yang muncul pada Manusia, yaitu: Pertama, Gejala 4 hingga 14 hari, Setelah terpapar virus nipah, gejala biasanya akan muncul dalam 4 sampai 14 hari. Seseorang yang awalnya terkena nipah akan merasakan gejala awal yakni demam, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, dan susah bernapas. Kedua, Gejala berat, Selain gejala ringan, gejala berat seperti disorientasi, mengantuk, kebingungan, kejang, pembengkakan otak (enshepalitis) hingga koma. Bahkan pembengkakan otak hingga kebingungan dapat berkembang menjadi koma hingga 24-48 jam ke depan.

 

Bagaimana cara menghindari virus nipah? Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat serta menerapkan protokol kesehatan penting untuk menghindari penularan penyakit ini, diantaranya adalah Mencuci tangan secara bersih dan teratur menggunakan sabun dan air, Hindari kontak dengan hewan seperti kelelawar atau babi yang sakit, Jangan mendekati area tempat kelelawar, Jangan mengonsumsi nira kurma mentah atau buah-buahan tanpa dicuci terlebih dahulu, terutama hindari mengonsumsi buah-buahan yang mungkin terkontaminasi oleh kelelawar, Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi NiV (virus Nipah) dan jika menemukan hewan ternak sakit, khususnya hewan Babi yang sakit, segera hubungi dokter hewan atau petugas kesehatan hewan terdekat. Bahkan, Kejadian ini semakin meneguhkan bahwa urusan kesehatan hewan tidak boleh dianggap remeh. Terlebih bagi daerah Kabupaten/Kota yang belum memiliki SDM Dokter Hewan Berwenang di daerahnya.


*drh. Iwan Berri Prima

*Tulisan ini pernah dimuat di Koran Tanjungpinang Pos, edisi Selasa 2 Februari 2021

    Choose :
  • OR
  • To comment