Saturday, August 07, 2021

Hari Susu Nusantara


Tanggal 1 Juni yang lalu selain diperingati sebagai hari lahirnya pancasila, juga diperingati sebagai hari susu nusantara. Namun sayangnya, gaung hari susu nusantara tampaknya kalah dengan semaraknya peringatan hari lahir pancasila.

Padahal, peringatan hari susu nusantara merupakan upaya untuk mengingatkan kepada masyarakat akan pentingnya konsumsi susu. Masyarakat harus terus di edukasi, bahwa susu merupakan produk pangan asal hewan yang kaya akan gizi.

Selain itu, Kebiasaan minum susu juga merupakan kebiasaan baik guna mewujudkan Sumberdaya Manusia (SDM) Indonesia yang lebih berkualitas. Khususnya, untuk mengatasi kurang gizi dan stunting yang saat ini masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah dan kita semua.

Di samping itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2019 masih berkisar 16,23 liter per kapita/tahun. Jumlah ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya se-Asia Pasifik. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan. Bandingkan dengan negara Jepang, konsumsi susunya tahun 2004 saja sudah mencapai kisaran 37.83 liter per kapita/tahun (John C. Beghin,Iowa State University, 2005).

Itulah sebabnya, mengapa negara maju seperti Jepang memahami bahwa susu merupakan investasi SDM untuk generasi yang akan datang.

Meskipun susu bukan satu-satunya pangan sumber zat gizi. Tetapi susu dapat melengkapi pemenuhan gizi yang berkualitas dalam mewujudkan gizi seimbang.

Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika Jepang patut disebut sebagai negara yang sukses dalam mengkampanyekan minum susu untuk masyarakatnya.

Buktinya, di era tahun 1940an, Jepang dikenal sebagai ras asia yang pendek. Bahkan ada yang menyebutnya orang kate. Maklum, rata-rata tinggi orang Jepang saat itu hanya sekitar 150an cm.

Akan tetapi saat ini, Jepang telah menjelma menjadi generasi yang luar biasa. Rata-rata tinggi badan orang Jepang mencapai 170.7 cm untuk laki-laki dan 158 cm untuk perempuan. Bandingkan dengan rata-rata tinggi orang Indonesia, untuk laki-laki tingginya rata-rata 163 cm, sedangkan untuk perempuan, rata-rata tingginya hanya 152 cm (Beritagar.id). Artinya jika tinggi anda diangka 165 cm, berarti anda sudah di atas rata-rata tinggi orang Indonesia. Bisa jadi, anda termasuk generasi yang selalu di support minum susu oleh orangtua anda saat masih balita atau anda saat ini memang telah membiasakan minum susu.

Melihat hal ini, tentu kita patut prihatin. Ketika negara lain menggelorakan susu sebagai salahsatu sumber gizi yang wajib dikonsumsi oleh masyarakatnya, Indonesia justru masih berkutat dengan alasan ketidakmampuannya untuk membeli susu. Namun anehnya, masyarakat Indonesia justru mampu untuk membeli rokok. Buktinya, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi perokok di atas usia 15 tahun mencapai 33,8 persen dan penduduk usia 10-18 tahun yang merokok meningkat dari 7,2 persen di tahun 2013 menjadi 9,1 persen di tahun 2018.

Ironisnya, konsumsi rokok di Indonesia, presentase tertinggi justru dilakukan oleh kelompok pendapatan rendah, seperti nelayan yang mencapai 70,4 persen dan petani atau buruh sebanyak 46,2 persen.

Ini dilematis. Seandainya pemerintah Indonesia mensubsidi pembelian Susu, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Jepang, tentu ini akan berdampak positif bagi kelangsungan generasi Indonesia yang akan datang.  Bahkan, peternak sapi perah pun akan semakin bergairah. Bukan tidak mungkin, industri peternakan akan semakin digemari sebagai lapangan usaha utama yang menjanjikan di nusantara ini. Why not?

Oleh: drh. Iwan Berri Prima (Pejabat Otoritas Veteriner dan Dokter Hewan Berwenang Kabupaten Bintan)

* Tulisan ini pernah di muat di Koran Tanjungpinang Pos, Edisi Sabtu 5 Juni 2021

    Choose :
  • OR
  • To comment