Tanggal 21 Maret yang lalu, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) memasuki usianya yang ke-38. Sebuah usia yang cukup dewasa jika parameternya adalah kehidupan manusia. Oleh sebab itu, penting kiranya kita merefleksi konsistensi kita, terutama bagi mantan aktifis organisasi IMAKAHI dalam berkiprah kembali di dunia organisasi profesi.
Konsisten dalam perjuangan profesi itu sebuah
keharusan. Termasuk menjadi aktifis organisasi profesi yang sedang kita jalani.
Alasannya sederhana, kalau bukan kita, siapa lagi dan
kalau bukan saat ini, kapan lagi? Jika profesi yang saat ini kita emban adalah
profesi dokter hewan, maka profesi ini wajib hukumnya untuk diperjuangkan
keprofesiaannya.
Artinya, apapun yang berkenaan dengan profesi atau
jika ada sesuatu yang kurang tepat, kita akan berikan masukan, kita suarakan,
hingga menjadi tepat. Untuk dokter hewan, salahsatunya sebagaimana tertuang
dalam motto PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia), manusya mriga satwa sewaka . Dokter hewan, melalui hewan mengabdi
kemanusiaan.
Memang, urusan profesi sudah ada organisasi profesi.
Namun, tetap saja, organisasi profesi butuh orang-orang (baca: pengurusnya)
yang konsisten dalam perjuangan profesi. Sehingga, disanalah sejatinya
dibutuhkan aktifis organisasi profesi itu.
Ketika menjadi mahasiswa kedokteran hewan merupakan
momentum awal kita mengenal profesi dokter hewan. Di momen ini, pada tahun 2006
awal, kita sangat bersyukur memiliki aktifis mahasiswa yang hebat seperti drh.
Agus Jaelani (FKH IPB), drh. Efal Afriandoni (FKH IPB), drh. Rambat Santoso
(FKH UGM), drh. Kadek Agra Arnawa (Locir) (FKH Udayana), drh. Suriadi (Raja)
(FKH Unsyiah), drh. Irwan (FKH Unsyiah) dan masih banyak lagi yang lainnya.
Termasuk senior yang aktif di CIVAS dan Komnas FBPI (saat ini sudah dibubarkan)
Intinya, dari mereka kita banyak mendapat ilmu tentang organisasi.
Namun demikian, setiap mahasiswa tentu memiliki
beragam dinamika. Namun melalui organisasi seperti IMAKAHI, dinamika yang
dihadirkan tentunya berkenaan dengan dunia keprofesian, yakni profesi dokter
hewan yang kelak menjadi profesi yang diembannya. Oleh sebab itu, kecintaan
penulis terhadap profesi semakin menggelora, terlebih ketika penulis terpilih
menjadi Ketua Umum PB IMAKAHI (ikatan mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia)
pada ajang Musyawarah Nasional (Munas) IMAKAHI ke X tahun 2006 yang berlangsung
di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya, tanggal 20-24
april 2006. Saat itu penulis terpilih menjadi Ketum dan didampingi oleh Mas
Bayu Sukismo (FKH Unair) sebagai sekjen dan Fatima (FKH Unair) selalu ketua BPI
(badan pengawas IMAKAHI).
Bahkan, aktifis seperti Chandra Ari Haryani (FKH IPB), Mohd Dwi Satrio (FKH IPB), Ahmad Nur (FKH IPB), Elia Rulita (FKH IPB), Widya Ilhami (FKH IPB), Novi Susanti (FKH Unair), Dordia Anindita Rotinsulu (FKH IPB), Janto Dwi Haryadi (FKH IPB), Kharisma (FKH Unud) dan Ayu - Kirana Vet Medica (FKH Unair), juga menjadi aktifis mahasiswa yang selalu terdepan dalam perjuangan profesi di organisasi IMAKAHI.
Selanjutnya ada nama mahasiswa lainnya seperti: Dinurito Arifki (FKH UGM), Gunawan Prasetyo (FKH UGM), Heri Kurnianto (FKH UGM), Hanif (FKH Unair), Muhammad Sutarsah- Caca (FKH UGM), Andre Lisnawan (FKH UGM), Andri Setiawan (FKH UGM), Irwan (FKH Unsyiah), Kharisma (FKH Udayana), Catur Fajar (FKH Unair), Jayanti Christa Aditama (FKH IPB), Ali Hujarat (FKH IPB), Dhesianti Tri Handayani (FKH IPB), Dessy Prihatiningsih Eka Putri (FKH IPB), Arief Ervana (FKH IPB), Charles (FKH IPB), Zulfikar (FKH IPB), Andi Yekti (FKH IPB), Wayan Yustisia Semarariana (FKH Udayana), Deva P Attikasari (FKH IPB), Rizki Sekaringtyas (FKH IPB) dan masih banyak lagi deretan aktifis mahasiswa lainnya yang juga sangat berperan dalam mendukung pelaksanaan aktifitas PB IMAKAHI kala itu. Tentunya saat ini mereka telah tumbuh menjadi seorang dokter hewan yang mengabdi diberbagai bidang dan diberagam lokasi.
Selanjutnya, saat mengemban amanah menjadi orang nomor
satu mahasiswa FKH se Indonesia, periode masa bhakti 2006-2008, penulis
sejatinya meneruskan estafet keorganisasian yang sudah ditorehkan pengurus PB
IMAKAHI sebelumnya.
Termasuk, menjadikan Perhimpunan Dokter Hewan
Indonesia (PDHI) sebagai orangtua. Tidak heran jika pada Kongres PDHI ke XV
tahun 2006 di Millennium Hotel Sirih, Jalan Fachrudin 3, Tanah Abang, Jakarta,
saya bersama teman-teman pengurus IMAKAHI diundang sebagai peserta peninjau.
Kesempatan mengikuti kongres PDHI yang pertama penulis
ikuti itu, juga menjadi titik awal hingga kemudian mengantarkan penulis mengabdi
di Kepri.
Kala itu, dokter Setyo Rahardjo yang merupakan Sekjen
PDHI Cabang Kepri periode 2006-2010, hadir dan kami saling bertukar nomor
Handphone (HP) dan melalui beliaulah penulis mendapat informasi penerimaan CPNS
Tahun 2009. Puji syukur, melalui kesempatan baik itu, ternyata menjadi jalan
yang baik pula hingga akhirnya penulis menjadi seorang PNS.
Selain itu, kongres ke XV PDHI di Jakarta juga telah
menghasilkan beragam aturan keprofesiaan yang belum penulis peroleh saat di
kampus. Dinamika saat diskusi atau pleno tingkat komisi maupun saat pembahasan
paripurna, benar-benar terpatri sebagai pengalaman yang sangat baik ketika menjalankan
roda organisasi.
Kemudian, pada kongres PDHI ke XV tahun 2010, juga
memilih ketua umum PB PDHI, terpilih drh. Wiwiek Bagja, beliau menggantikan
ketua umum sebelumnya, drh. Budi Triakoso.
Dokter Wiwiek sebelumnya adalah sekjen PB PDHI,
periode kepengurusannya merupakan hasil kongres PDHI ke 14 di Nusa Tenggara
Barat tahun 2002 untuk periode masa bhakti 2002-2006. Sebuah kesinambungan
organisasi yang sangat baik. Diawali menjadi Sekjen dan kemudian menjadi Ketua
Umum.
Setelah kongres PDHI ke XV tahun 2006, tahun 2007
penulis juga diberi kesempatan untuk hadir dalam Mukernas (Musyawarah Kerja
Nasional) PDHI yang di gelar pada 16-18 Mei 2007 di Jakarta.
Setelah lulus menjadi dokter hewan pada tahun 2009 dan
kemudian mengabdi di Kepri, pada Rapat Umum Anggota (RUA) ke 2 PDHI Cabang Kepri
di Kota Tanjungpinang, penulis diberi amanah menjadi Sekretaris Umum PDHI
Cabang Kepri, membantu dokter Honismandri selaku Ketua PDHI Cabang Kepri
periode masa bhakti 2010-2014.
Sebagai delegasi PDHI Cabang Kepri, kesempatan penulis
dalam mendalami kiprah organisasi profesi kembali didapatkan. Jika pada kongres
XV PDHI tahun 2006 sebagai peserta peninjau, tahun 2010 saat kongres XVI PDHI
berlangsung di Kota Semarang, Jawa Tengah, tanggal 10-13 Oktober 2010, penulis
hadir sebagai peserta utama kongres. Artinya, selain memiliki hak bicara, kami
juga memiliki hak suara.
Dalam kongres XVI PDHI tahun 2010 itu, dokter Wiwiek
Bagja kembali terpilih sebagai ketua umum untuk periode kedua, yakni periode
masa bhakti 2010-2014.
Pada periode yang sama, juga dipilih dokter Heru
Setijanto selaku sekjen PB PDHI. Artinya, dokter Heru juga menjabat sebagai
Sekjen untuk dua periode masa bhakti.
Di samping itu, setiap periode kepengurusan, PBPDHI
selalu mengadakan Mukernas. Bersyukur, penulis juga termasuk orang yang
beruntung selalu konsisten hadir dalam perhelatan itu. Sekali lagi, mungkin,
tidak banyak dokter hewan yang diberi kesempatan seperti itu.
Tidak ketinggalan, saat kongres PDHI ke XVII tahun
2014 yang berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan, tepatnya di bertempat di
Novotel Palembang tanggal 23 – 26 november 2014. Penulis juga hadir sebagai
peserta utama. Delegasi (utusan) dari PDHI Cabang Kepri. Kongres PDHI ke-17
juga menjadi kongres pamungkas dari dua periode bu Wiwiek Bagja sebagai ketua
umum PB PDHI.
Berdasarkan hasil kongres ke 17, terpilih ketua Umum
PB PDHI yakni Dr. Drh. Heru Setijanto, beliau sebelumnya adalah sekjen PB PDHI.
Dengan kata lain, kesinambungan estafet kepemimpinan PB PDHI terus berjalan.
Pada tahun yang sama, saat RUA PDHI Cabang Kepri,
dokter Honismandri terpilih kembali menjadi ketua PDHI cabang Kepri. Pada
kesempatan itu, penulis juga kembali diminta untuk membantu beliau menjadi
sekretaris umum untuk kedua kalinya, yakni periode masa bhakti 2014-2018. RUA
PDHI Kepri ke 3 saat itu digelar di Kabupaten Bintan, provinsi Kepri.
Selaku pengurus PDHI Cabang Kepri, selain aktif hadir dalam Kongres dan Mukernas PDHI Kepri, penulis juga aktif dalam perhelatan KIVNAS (konferensi ilmiah veteriner nasional) yang digelar PBPDHI. Bersyukur, kesempatan ini lagi-lagi mungkin tidak semua dokter hewan mengalaminya.
Pada tahun 2018, ketika masa bhakti periode
kepengurusan dokter Heru selaku ketua umum PBPDHI berakhir, diselenggarakannya
kongres PDHI ke XVIII (18), Kongres PDHI ke-18 tahun 2018 diselenggarakan pada
tanggal 1-3 November di Nusa Dua Convention Center, Provinsi Bali.
Berdasarkan hasil kongres, terpilih drh. Muhammad Munawaroh, M.M sebagai ketua umum PB PDHI untuk periode masa bhakti 2018-2022 dan dipilih Dr. drh. Widagdo Sri Nugroho, M.P. sebagai sekjen.
Di PDHI Cabang Kepri, juga kembali dilaksanakan RUA,
karena periode masa bhakti PDHI cabang Kepri kebetulan sama dengan periode masa
bhakti PB PDHI.
Pada RUA PDHI Kepri ke 4 tahun 2018, terpilih drh. Ana
dela, selaku ketua PDHI Cabang Kepri. Adapun wakil ketua PDHI ditunjuk, drh.
Jonet Tri Mispanto dan penulis dipercaya oleh dokter Ana, untuk kembali
menduduki memegang amanah sebagai sekretaris umum PDHI Cabang Kepri untuk
periode ketiga kali, yakni periode masa bhakti 2018-2022.
Sebagai mantan aktivis IMAKAHI dan saat ini menjadi
pengurus PDHI, menurut penulis, ini merupakan jalan baik yang sudah dijalani.
Maknanya, lebih dari 15 tahun kesinambungan perjalanan profesi ini selalu
penulis ikuti. Oleh sebab itu, penulis selalu berharap; semoga kesinambungan
ini juga diikuti oleh generasi lain. Generasi yang awalnya menjadi aktifis
mahasiswa dan hingga kini tetap aktif dalam jalur organisasi profesi. Semoga!
Penulis: drh. Iwan Berri Prima, M.M Penulis adalah Ketua Umum PB IMAKAHI Periode Masa Bhakti 2006-2008 dan Sekretaris Umum PDHI Cabang Kepri Periode Masa Bhakti 2010-2014, 2014-2018 dan 2018-sekarang
Tulisan ini pernah di Muat di Majalah Vetnesia edisi April 2021