Penyakit Mers atau singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome merupakan
penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh Virus Corana (Novel Corona Virus), dalam hal ini suatu
strain baru virus yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Penyakit
ini sering disebut dengan sebutan MERS CoV. Selain itu, penyakit ini sering
disebut juga dengan penyakit Flu Unta atau Flu Arab karena asal mula penyakit
ini berasal dari daerah timur tengah (jazirah arab). Penyakit ini bersifat
zoonosis, atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Menurut analisis genom virus yang berbeda, diyakini bahwa virus itu
berasal dari kelelawar dan ditularkan ke Unta. Namun, peran Unta yang tepat
pada proses penularan virus ke manusia dan rute infeksi yang tepat belum dapat
diketahui secara pasti.
Gejala klinis yang timbul akibat penyakit ini pada umumnya adalah demam, batuk, gangguan pernafasan akut, timbul gambaran pneumonia, kadang-kadang terdapat gejala saluran pencernaan misalnya diare. Kelompok resiko tinggi tertular penyakit ini adalah orang tua usia lanjut (lansia diatas umur 60 tahun), anak-anak, wanita hamil dan penderita penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, Penyakit Jantung dan pernafasan, dan defisiensi imunitas (Immunocompromised). Penyakit ini sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Pengobatan hanya bersifat suportif dan berdasarkan kondisi klinis dan keluhan pasien.
Akan tetapi, menurut data dari Kementerian
Kesehatan RI, Di Indonesia, kasus positif penyakit Mers CoV belum ditemukan.
Namun demikian, mengingat penyakit ini sangat endemis di jazirah arab, termasuk
Arab Saudi, maka kiranya kita perlu waspada. Terutama bagi saudara kita yang
akan melaksanakan Ibadah Haji di tanah suci. Kewaspadaan ini tentu bukan untuk
menakut-nakuti dan membuat panik atau
bahkan melarang seseorang untuk melakukan ibadah. Namun lebih dari itu,
kewaspadaan yang baik, dan melakukan pencegahan (antisipasi) sejak dini yang
baik merupakan salah satu Ihktiar yang harus dilakukan. Bukankah manusia tidak
boleh menyerah dengan takdir? Memang, maut, jodoh dan rezeki ada ditangan Allah
SWT. Oleh karena itu, upaya antisipasi patut kiranya kita lakukan.
Data dari kementerian Agama RI, tahun ini setidaknya
lebih dari 160 ribu orang akan melakukan Ibadah haji di mekah asal Indonesia
dan sekitar 750.000 orang melakukan ibadah umrah di arab Saudi serta sedikitnya
1 juta orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berangka ke arab Saudi setiap
tahunnya. Tingginya angka mobilisasi masyarakat kita dari dan ke Arab Saudi ini
tentunya menjadi perhatian untuk tetap waspada. Khususnya untuk mencegah
penularan Mers ke Indonesia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis bahwa
lebih dari 10 negara yang telah terserang Mers. Salah satunya adalah Korea
Selatan. Bahkan Mers di Korsel dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan
memakan korban sedikitnya 87 pasien dengan 24 orang meninggal dunia. Menyusul
Negara Thailand, pada awal Juni 2015 yang lalu, Negara ini menghadapi kasus
Mers untuk pertama kalinya.
Upaya
pencegahan
Kementerian Kesehatan, melalui Ditjen PPPL
(Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) telah menetapkan pedoman dan
tata laksana pencegahan penularan penyakit Mers. Bagi jamaah haji, dihimbau
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), selalu mencuci tangan setelah
kontak dengan jamaah/barang bawaan jamaah, tidak menyentuh hidung dan mulut
setelah kontak dengan jamaah/barang bawaan jamaah, menggunakan penutup hidung
dan mulut (masker) saat bepergian, dan bila sakit segera berobat (menghubungi
tim medis) / TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia).
Selain itu, menurut Indrarto (2015), Tindakan
pencegahan umum untuk penyakit Mers adalah, ditujukan kepada pengunjung
peternakan, pasar, lumbung makanan ternak, atau tempat lain di mana ada Unta
dan binatang lainnya. Pengunjung harus meningkatkan kebersihan umum, termasuk
mencuci tangan secara teratur sebelum dan setelah menyentuh hewan, dan harus
menghindari kontak dengan hewan yang sakit.
Konsumsi produk hewan mentah atau setengah
matang, termasuk susu dan daging, membawa risiko tinggi infeksi dari berbagai
organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, termasuk virus ini.
Produk hewan yang diproses dengan tepat melalui pasteurisasi, sebenarnya telah
aman untuk dikonsumsi, tetapi juga harus disajikan dengan hati-hati, untuk
menghindari kontaminasi silang dengan makanan mentah. Daging dan susu unta
adalah produk bergizi yang dapat terus dikonsumsi setelah proses pasteurisasi,
dimasak, atau diproses dengan suhu panas lainnya.
Semoga dengan upaya pencegahan dan mewaspadai penularan penyakit Mers ini,
jamaah kita, khususnya jamaah calon haji (JCH) asal provinsi Kepri dapat dengan
tenang dan khusyuk dalam menjalankan ibadahnya. Semoga !
Penulis adalah Dosen Luar
Biasa pada Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang
Tulisan Ini Pernah dimuat di Harian Tanjungpinang Pos Edisi Jumat, 21 Agustus 2015