Friday, April 06, 2018

Opini : Mewaspadai Penularan Penyakit Mers Bagi Jamaah Haji

 

Penyakit Mers atau singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh Virus Corana (Novel Corona Virus), dalam hal ini suatu strain baru virus yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Penyakit ini sering disebut dengan sebutan MERS CoV. Selain itu, penyakit ini sering disebut juga dengan penyakit Flu Unta atau Flu Arab karena asal mula penyakit ini berasal dari daerah timur tengah (jazirah arab). Penyakit ini bersifat zoonosis, atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Menurut analisis genom virus yang berbeda, diyakini bahwa virus itu berasal dari kelelawar dan ditularkan ke Unta. Namun, peran Unta yang tepat pada proses penularan virus ke manusia dan rute infeksi yang tepat belum dapat diketahui secara pasti.

Gejala klinis yang timbul akibat penyakit ini pada umumnya adalah demam, batuk, gangguan pernafasan akut, timbul gambaran pneumonia, kadang-kadang terdapat gejala saluran pencernaan misalnya diare. Kelompok resiko tinggi tertular penyakit ini adalah orang tua usia lanjut (lansia diatas umur 60 tahun), anak-anak, wanita hamil dan penderita penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, Penyakit Jantung dan pernafasan, dan defisiensi imunitas (Immunocompromised). Penyakit ini sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Pengobatan hanya bersifat suportif dan berdasarkan kondisi klinis dan keluhan pasien.
Akan tetapi, menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, Di Indonesia, kasus positif penyakit Mers CoV belum ditemukan. Namun demikian, mengingat penyakit ini sangat endemis di jazirah arab, termasuk Arab Saudi, maka kiranya kita perlu waspada. Terutama bagi saudara kita yang akan melaksanakan Ibadah Haji di tanah suci. Kewaspadaan ini tentu bukan untuk menakut-nakuti  dan membuat panik atau bahkan melarang seseorang untuk melakukan ibadah. Namun lebih dari itu, kewaspadaan yang baik, dan melakukan pencegahan (antisipasi) sejak dini yang baik merupakan salah satu Ihktiar yang harus dilakukan. Bukankah manusia tidak boleh menyerah dengan takdir? Memang, maut, jodoh dan rezeki ada ditangan Allah SWT. Oleh karena itu, upaya antisipasi patut kiranya kita lakukan.

Data dari kementerian Agama RI, tahun ini setidaknya lebih dari 160 ribu orang akan melakukan Ibadah haji di mekah asal Indonesia dan sekitar 750.000 orang melakukan ibadah umrah di arab Saudi serta sedikitnya 1 juta orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berangka ke arab Saudi setiap tahunnya. Tingginya angka mobilisasi masyarakat kita dari dan ke Arab Saudi ini tentunya menjadi perhatian untuk tetap waspada. Khususnya untuk mencegah penularan Mers ke Indonesia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis bahwa lebih dari 10 negara yang telah terserang Mers. Salah satunya adalah Korea Selatan. Bahkan Mers di Korsel dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan memakan korban sedikitnya 87 pasien dengan 24 orang meninggal dunia. Menyusul Negara Thailand, pada awal Juni 2015 yang lalu, Negara ini menghadapi kasus Mers untuk pertama kalinya.

Upaya pencegahan
Kementerian Kesehatan, melalui Ditjen PPPL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) telah menetapkan pedoman dan tata laksana pencegahan penularan penyakit Mers. Bagi jamaah haji, dihimbau untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), selalu mencuci tangan setelah kontak dengan jamaah/barang bawaan jamaah, tidak menyentuh hidung dan mulut setelah kontak dengan jamaah/barang bawaan jamaah, menggunakan penutup hidung dan mulut (masker) saat bepergian, dan bila sakit segera berobat (menghubungi tim medis) / TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia).

Selain itu, menurut Indrarto (2015), Tindakan pencegahan umum untuk penyakit Mers adalah, ditujukan kepada pengunjung peternakan, pasar, lumbung makanan ternak, atau tempat lain di mana ada Unta dan binatang lainnya. Pengunjung harus meningkatkan kebersihan umum, termasuk mencuci tangan secara teratur sebelum dan setelah menyentuh hewan, dan harus menghindari kontak dengan hewan yang sakit.
Konsumsi produk hewan mentah atau setengah matang, termasuk susu dan daging, membawa risiko tinggi infeksi dari berbagai organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, termasuk virus ini. Produk hewan yang diproses dengan tepat melalui pasteurisasi, sebenarnya telah aman untuk dikonsumsi, tetapi juga harus disajikan dengan hati-hati, untuk menghindari kontaminasi silang dengan makanan mentah. Daging dan susu unta adalah produk bergizi yang dapat terus dikonsumsi setelah proses pasteurisasi, dimasak, atau diproses dengan suhu panas lainnya.
Semoga dengan upaya pencegahan  dan mewaspadai penularan penyakit Mers ini, jamaah kita, khususnya jamaah calon haji (JCH) asal provinsi Kepri dapat dengan tenang dan khusyuk dalam menjalankan ibadahnya. Semoga !

Penulis adalah Dosen Luar Biasa pada Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

Tulisan Ini Pernah dimuat di Harian Tanjungpinang Pos Edisi Jumat, 21 Agustus 2015

    Choose :
  • OR
  • To comment