Wednesday, April 18, 2018

Opini : Menanggapi Ceramah Mamah Dedeh

Ustazah Dedeh Rosidah atau lebih dikenal dengan Mamah Dedeh dalam tayangan ceramahnya di salah satu televisi swasta nasional dan kemudian di unggah dalam situs berbagi video pada tanggal 31 Juli 2017 dalam program Mamah dan Aa Beraksi dengan tema Mertua yang semena-mena (lama durasi 42 menit) pada menit ke 34:53 membuat ajuran dengan kalimat kurang lebih sebagai berikut “Saya menganjurkan, kalo saya sebagai seorang muslim, jangan jadi Dokter Hewan”.

Sebagai seorang yang ahli agama, sekaligus sebagai tokoh masyarakat yang memiliki banyak pengikut (baca: Fans) tentu pernyataan sekaligus anjuran ini sangat disesalkan dan bahkan bagi beberapa kolega dokter hewan, anjuran seperti ini mengarah kepada anjuran yang (mohon maaf: menyesatkan).

Hanya karena masalah Najis Mugholadoh, yakni najis yang paling berat yang berasal dari Hewan anjing dan Babi, lantas membuat anjuran sebagai seorang muslim diseluruh dunia (yang menonton acara tersebut, baik melalui Televisi maupun melalui unggahan), dianjurkan jangan jadi dokter hewan. Padahal sudah jelas, dalam ajaran Islam, ada tata cara yang harus dilakukan untuk menghilangkan najis tersebut. Dengan kata lain, islam itu adalah agama yang tidak menyulitkan. Islam itu agama yang mudah. Setiap masalah ada solusinya. Bukankah tagline dari program ceramah yang dikelola di televise tersebut juga menyinggung masalah solusi?

Namun demikian, sebagai seorang muslim dan sebagai seorang dokter hewan, tentunya Kami tidak perlu marah dan tersinggung berat dengan anjuran seperti itu. Mungkin, seorang mamah yang begitu populer di kalangan Majelis Taklim belum memahami betul apa dan bagaimana profesi dokter hewan, sehingga mungkin wajar jika mengeluarkan pernyataan seperti itu.

Guru besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Prof. Dr. drh. Wayan Teguh Wibawan, MS menyampaikan bahwa profesi Dokter hewan secara umum memiliki "ilmu" yang mirip dengan dokter dan dokter gigi. Bahkan dasar ilmunya sama, yakni ilmu kedokteran. Hanya sasaran (pasien) yang dipelajari dan diobatinya yang berbeda, Kalo dokter umum dan dokter gigi, pasiennya adalah manusia, sedangkan dokter hewan, pasiennya adalah hewan.  Hewan ini banyak jenisnya. Mulai dari ayam sampai dengan mammalia (sapi, kerbau, kuda, domba, kambing, dll). Termasuk ada juga hewan Anjing dan babi.

Setelah jadi dokter bisa bekerja sebagai clinician (hewan kesayangan, hewan kebun binatang), praktisioner di berbagai bidang peternakan (buaya, sapi, domba, ayam, dll), industri bahan biologik (serum, vaksin, kit diagnostik, dll), industri obat hewan, industri pakan ternak, industri pangan, keamanan pangan, kesehatan masyarakat (termasuk di dalamnya penyakit zoonosis, seperti Flu burung, Rabies, SARS, MERS, HIV, Salmonelosis, EPEC, EHEC, ETEC, Sapi gila, dll).

Selain itu, dokter hewan juga bisa mengabdi di TNI Angkatan Darat dengan spesialisasinya pada  kavaleri (Kesehatan kuda perang) dan juga polisi (K-9 / polisi satwa), sebagai seorang peneliti, PNS, guru/dosen dan wiraswasta yang berkaitan dengan bidangnya. Khusus untuk PNS, seorang dokter hewan memiliki pangkat/golongan yang sama dengan dokter umum dan dokter gigi pada saat masuk pertama kalinya menjadi PNS yaitu golongan III-b atau setingkat lebih tinggi dari pada sarjana strata satu (S1) yang lain.

Disamping itu, Hampir 70 persen penyakit manusia berasal dari hewan. Jadi hewan yg sehat dan sejahtera akan berpengaruh kepada kondisi penyakit pada manusia. Dokter hewan memiliki kesempatan eksplorasi suatu penyakit lebih leluasa dengan dokter lainnya, karena mempelajari sifat penyakit tertentu sering harus menggunakan hewan model. Pengetahuan tentang hewan model dan mekanisme infeksi agen penyakit dipelajari oleh dokter hewan. Hewan model bisa berupa kera, mencit, tikus, kelinci, babi (yg fisiologinya dan juga struktur jaringan/kulitnya sebagai misal, banyak mirip dengan manusia). Pemeliharaan ternak intensif bibit unggul dengan produksi tinggi membutuhkan keahlian dokter hewan dlm manajemen kesehatan secara populatif. Hanya ternak sehatlah berproduksi optimal dan produknya layak dikonsumsi, produk yang aman, sehat, utuh dan halal. Penyiapan mulai dari farm hingga ke meja makan. Kecerdasan suatu generasi bangsa ditentukan oleh kualitas nutrisi yg dikonsumsinya.

Bahkan, peran dokter hewan dalam menopang kesejahteraan manusia sangat signifikan, sesuai semboyan "Manusya mrga satwa sevaka". Mensejahterakan manusia melalui penanganan hewan yang baik. Tentu bagi dokter hewan tidak boleh menolak belajar tentang penyakit anjing dan penyakit babi dan menolak mengobati anjing dan babi yang sakit, karena itu akan melanggar sumpah dan kode etik profesinya.

Dosen senior FKH IPB, Dr. drh. Denny Widaya Lukman, MSi juga menyampaikan bahwa Setiap dokter hewan dapat memilih lebih berkiprah di bidang yang paling dirasa cocok dan pas untuk dirinya. Ada yg lebih menangani kuda, ayam, domba, aquaculture, industri vaksin, praktisi mandiri atau bidang lainnya. Sebagai informasi, beberapa Seniman dan Budayawan adalah dokter hewan, yaituTaufik Ismail, kalau "tidak salah" juga Asrul Sani dan Marah Rusli pengarang prosa Siti Nurbaya.

Terkait dengan pekerjaan dokter hewan, dari sisi agama Islam, seorang dokter hewan dapat terkena najis, tetapi tentunya dapat disucikan dengan mudah dan itu sangat disadari oleh seorang calon dokter hewan. Peran dokter hewan di Indonesia dalam ikut menjamin penyediaan produk hewan yang halal dan thoyib sangatlah penting, misalnya dalam menjamin pemotongan hewan yang halal dan thoyib.

Di Indonesia Dokter hewan di rumah potong hewan menjamin daging yang halal dan aman (tidak mengandung bibit penyakit) serta layak (sesuai dengan selera) untuk dikonsumsi masyarakat. Penanganan hewan hidup sebelum pemotongan pun menjadi tugas dokter hewan agar hewan tetap sehat dan tidak tersiksa atau tersakiti. Hal itu pun sesuai yang disyaratkan dalam Islam, bagaimana kita berbuat ikhsan kepada hewan. Apalagi seperti saat ini, Menjelang Idul Qurban, dalam hal penyembelihan hewan yang halalan thoyiban, peran profesi dokter hewan sangat penting dan kritis.

Tanpa bermaksud untuk mengungkit-ungkit kejadian yang lalu, dimana Mamah pernah diprotes karena menyinggung perasaan anak Autis, mudah-mudahan dengan kejadian ini, ini adalah kejadian yang terakhir. Sebagai dokter hewan, kami termasuk keluarga yang sering mendengar ceramah-ceramah mamah dedeh dari Program yang baik tersebut. Mudah-mudahan.

drh. IWAN BERRI PRIMA
*Penulis adalah Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Kepulauan Riau, Ketua Komisi Kesehatan, Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bintan dan Dosen Kesehatan Lingkungan Poltekkes Tanjungpinang.

Tulisan ini pernah dimuat dirubrik Kompasiana edisi Agustus 2017

* Mamah Dedeh beserta Kru yang terlibat telah secara resmi memohon maaf kepada Profesi Dokter Hewan yang disampaikan melalui PB PDHI

    Choose :
  • OR
  • To comment