Wajah tersenyum puas
tampak terlihat dari para petani yang telah mendapatkan bantuan pengembangan
energy alternatif Biogas di Kabupaten Bintan. Betapa tidak, pada saat sulit dan
langkanya sumber energy khususnya bahan bakar minyak dan gas di negeri ini,
mereka tidak terlalu cemas dan khawatir. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti untuk memasak, mereka telah menggunakan Biogas. Suatu sumber energy
alternative yang gratis, mudah digunakan dan murah secara ekonomis. Sehingga
sungguh wajar jika dalam berbagai kesempatan, para petani menyampaikan rasa
terima kasih kepada pemerintah, khususnya kepada Bapak Bupati Bintan, Ansar
Ahmad SE,MM yang secara kebijakan sangat menaruh perhatian terhadap
pengembangan energy alternative Biogas ini di Kabupaten Bintan.
Biogas merupakan bahan bakar alternative yang
berasal dari kotoran hewan ternak, termasuk sapi dengan memanfaatkan gas dalam
kotoran ternak yang diperoleh dari reaksi kimia dengan menggunakan teknologi
terapan sederhana. Menurut Haryanto (2011), mengapa harus Biogas yang digunakan
dalam pemanfaatan kotoran ternak sapi, alasannya adalah Biogas ramah
lingkungan, mudah dalam pemakaian, aman dalam penggunaan, efisien (hemat uang)
dan tidak berlimbah. Bahkan Biogas dapat mengubah limbah kotoran menjadi bahan
bakar, membuat kandang sapi menjadi lebih bersih dan meningkatkan kualitas
kesehatan ternak sapi dengan kandang sapi bersih.
Secara umum, ada
beberapa tipe instalasi Biogas, diantaranya adalah tipe plastic dan tipe Kubah
(kubah dari fiber dan kubah beton). Tipe plastic dikembangkan untuk rumah
tangga dengan kepemilikan 1-2 ekor sapi dan memenuhi kebutuhan energy 1 rumah
tangga, sedangkan tipe kubah dikembangkan untuk rumah tangga dengan kepemilikan
ternak sapi lebih dari 2 ekor dan memenuhi kebutuhan energy 2-4 rumah tangga.
Pengembangan Biogas di Kabupaten Bintan
Pemerintah kabupaten
Bintan sangat mendukung terhadap pengembangan energy alternative Biogas di
Kabupaten Bintan, oleh sebab itu, sejak tahun anggaran 2006 hingga tahun
anggaran 2009, melalui dana APBD II dilakukan pengembangan biogas. Biogas yang
dikembangkan yakni dengan tipe instalasi Biogas plastik. Hal ini dilaksanakan
sesuai dengan kondisi saat itu dimana pengembangan ternak sapi masih relative
sedikit (kepemilikan ternak sapi petani 1-2 ekor). Namun demikian, kelemahan
dari Biogas tipe plastic adalah mudah rusak, tidak tahan lama dan gas relative
tidak stabil terhadap perubahan suhu lingkungan, sehingga dari seluruh Biogas
yang dikembangkan (jenis plastic) tersebut saat ini rusak dan tidak dapat
dipergunakan kembali oleh petani.
Sebagai upaya
penyempurnaan atas hasil pelaksanaan pengembangan biogas, Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bintan melakukan evaluasi dan pengembangan inovasi
teknologi yang lebih baik dan cocok untuk diterapkan di Kabupaten Bintan. Maka
pada tahun anggaran 2009, selain pengembangan Biogas dengan tipe plastic, juga
dicoba untuk pengembangan biogas jenis kubah (bahan fiber). Dari perbandingan
tersebut, terlihat dilapangan bahwa ternyata biogas jenis kubah (bahan fiber)
lebih dapat bertahan dan berfungsi dengan baik dibandingkan dengan biogas tipe
plastic. Bahkan, Biogas jenis fiber tersebut hingga saat ini masih berfungsi
dengan baik dan dimanfaatkan oleh petani untuk memasak.
Selain itu, sebagai
upaya untuk lebih meningkatkan nilai mutu dan daya tahan instalasi Biogas,
pengembangan Biogas saat ini di Kabupaten Bintan menggunakan Biogas tipe kubah
yang terbuat dari Beton. Pengembangan energy alternative ini tersebar di
Kecamatan Bintan Utara, Teluk Bintan, Gunung Kijang, Toapaya, Bintan Timur dan
Teluk Sebong. Tentu saja daerah yang mendapatkan bantuan Biogas adalah daerah
–daerah yang memiliki populasi ternak sapi, hal ini sesuai dengan syarat
pengembangan Biogas adalah memiliki/memelihara
ternak sapi.
Analisis Manfaat Biogas
Berdasarkan analisa umum dilapangan, ada banyak
keunggulan Biogas dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar gas LPG (gas
konvensional) atau minyak tanah dan kayu bakar. Analisa tersebut dijabarkan
kedalam dampak yang ditimbulkan dari penggunaan Biogas, seperti uraian dibawah
ini.
- Analisis Ekonomi
Dengan pemanfaatan
kotoran ternak, petani penerima manfaat pengembangan energy alternative biogas
tidak lagi mengeluarkan Biaya untuk konsumsi gas LPG dan minyak tanah. Biogas
juga dapat digunakan sebagai lampu penerangan (sistem kerja seperti lampu
petromak) dan bisa juga digunakan sebagai sumber energy generator listrik
(genset), akan tetapi, di lapangan pemakaian generator listrik biogas masih
belum dilakukan, hal ini mengingat, syarat kepemilikan sapi jika menggunakan
genset adalah minimal 40-45 ekor ternak (pada kandang komunal) dan Biodigester
yang dibentuk harus berukuran besar.
Selain penghematan biaya
konsumsi gas LPG, Biogas juga dapat menjadi peluang bisnis untuk meningkatkan
perekonomian rumah tangga, sehingga dapat membuka peluang lapangan usaha
(lapangan kerja lokal). Hasil Biogas berupa Bio-Slurry dapat dijual dan sangat
baik untuk menjadi pupuk organic. Bahkan limbah Bio-Slurry ini memiliki banyak
keunggulan dibandingkan dengan pupuk organic lainnya, diantaranya adalah tidak
berbau, sudah matang, sedikit gulma, bebas penyakit dan menambah humus sehingga
dapat meningkatkan hasil produksi pertanian (panen melimpah), seperti cabe,
jagung dan tanaman sayuran lainnya.
- Analisis Sosial
Beberapa petani di
Bintan masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, oleh karena itu dengan
adanya bantuan pengembangan Biogas tersebut hal ini akan mengubah perilaku
sosial petani untuk tidak lagi mencari kayu bakar di hutan. Bahkan, petani
dapat hemat waktu memasak (tidak perlu waktu untuk mencari kayu bakar, dimana
sekitar 2 jam/hari/keluarga untuk membersihkan dan mengumpulkan kayu) sehingga
waktu untuk mencari kayu bakar dapat digunakan untuk lebih produktif. Bahkan Biogas aman, tdk dapat meledak. Rasa
aman dan nyaman inilah menjadi sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan dalam
kehidupan sosial masyarakat.
- Analisis Lingkungan Hidup (Environmental)
Dengan mengembangkan
energy alternative Biogas, kandang sapi menjadi lebih bersih, karena kotorannya
selalu diambil (dimanfaatkan), sehingga pencemaran lingkungan seperti bau,
polusi udara di dalam rumah petani dan lingkungan dapat dikendalikan. Bahkan
perilaku mengambil kayu bakar sebagai sumber untuk memasak juga dapat ditekan
bahkan dihentikan. Hal ini berdampak pada lestarinya lingkungan hutan (kayu),
sehingga fungsi hutan menjadi optimal dan lingkungan hidup akan menjadi baik,
pengurangan emisi gas rumah kaca, serta pencegahan pemanasan global.
Menurut hasil penelitian,
gas yang dihasilkan oleh Biogas adalah gas ramah lingkungan berupa gas methan yakni
gas yang hampir tidak berbau (jika berbau artinya ada kebocoran dalam
biodigester pengolah) dan tidak berwarna, 20% lebih ringan dibandingkan udara,
gas ini terbakar dengan nyala api berwarna biru cerah dan tidak berasap. Selain
itu, gas ini lebih banyak panas (suhu pembakaran ± 650 – 750 derajat celcius)
dibandingkan dengan minyak tanah, kayu bakar, arang dan bahan bakar tradisional
lainnya. Komponen Biogas lainnya adalah Karbon Dioksida, Hydrogen, Uap air dan
Hydrogen Sulphide, dimana semua kandungan tersebut tidak berpotensi menimbulkan
ledakan (meletus). Artinya, komponen dan struktur kimiawi Biogas ini sangat
ramah dan tidak mencemari lingkungan. Bahkan program Biogas Rumah (Biru)
menjadi salahsatu program andalan yang digalakkan oleh Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Kementerian
Pertanian (Kementan).
Semoga
dengan pemanfaatan energy alternative Biogas dapat mewujudkan kemandirian
energy dinegeri ini. Semoga !
Drh. Iwan Berri Prima
-
Sekretaris
Umum PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia)
Cabang Kepulauan Riau
-
Kasubbag
Penyusunan Program, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab.Bintan
-
Pengajar
pada Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kementerian Kesehatan
Tanjungpinang, Kepri