Monday, June 15, 2009

Opini : Pengembangan Energi Alternatif Biogas di Kabupaten Bintan

 

Wajah tersenyum puas tampak terlihat dari para petani yang telah mendapatkan bantuan pengembangan energy alternatif Biogas di Kabupaten Bintan. Betapa tidak, pada saat sulit dan langkanya sumber energy khususnya bahan bakar minyak dan gas di negeri ini, mereka tidak terlalu cemas dan khawatir. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak, mereka telah menggunakan Biogas. Suatu sumber energy alternative yang gratis, mudah digunakan dan murah secara ekonomis. Sehingga sungguh wajar jika dalam berbagai kesempatan, para petani menyampaikan rasa terima kasih kepada pemerintah, khususnya kepada Bapak Bupati Bintan, Ansar Ahmad SE,MM yang secara kebijakan sangat menaruh perhatian terhadap pengembangan energy alternative Biogas ini di Kabupaten Bintan.

 Biogas merupakan bahan bakar alternative yang berasal dari kotoran hewan ternak, termasuk sapi dengan memanfaatkan gas dalam kotoran ternak yang diperoleh dari reaksi kimia dengan menggunakan teknologi terapan sederhana. Menurut Haryanto (2011), mengapa harus Biogas yang digunakan dalam pemanfaatan kotoran ternak sapi, alasannya adalah Biogas ramah lingkungan, mudah dalam pemakaian, aman dalam penggunaan, efisien (hemat uang) dan tidak berlimbah. Bahkan Biogas dapat mengubah limbah kotoran menjadi bahan bakar, membuat kandang sapi menjadi lebih bersih dan meningkatkan kualitas kesehatan ternak sapi dengan kandang sapi bersih.
Secara umum, ada beberapa tipe instalasi Biogas, diantaranya adalah tipe plastic dan tipe Kubah (kubah dari fiber dan kubah beton). Tipe plastic dikembangkan untuk rumah tangga dengan kepemilikan 1-2 ekor sapi dan memenuhi kebutuhan energy 1 rumah tangga, sedangkan tipe kubah dikembangkan untuk rumah tangga dengan kepemilikan ternak sapi lebih dari 2 ekor dan memenuhi kebutuhan energy 2-4 rumah tangga.
Pengembangan Biogas di Kabupaten Bintan
Pemerintah kabupaten Bintan sangat mendukung terhadap pengembangan energy alternative Biogas di Kabupaten Bintan, oleh sebab itu, sejak tahun anggaran 2006 hingga tahun anggaran 2009, melalui dana APBD II dilakukan pengembangan biogas. Biogas yang dikembangkan yakni dengan tipe instalasi Biogas plastik. Hal ini dilaksanakan sesuai dengan kondisi saat itu dimana pengembangan ternak sapi masih relative sedikit (kepemilikan ternak sapi petani 1-2 ekor). Namun demikian, kelemahan dari Biogas tipe plastic adalah mudah rusak, tidak tahan lama dan gas relative tidak stabil terhadap perubahan suhu lingkungan, sehingga dari seluruh Biogas yang dikembangkan (jenis plastic) tersebut saat ini rusak dan tidak dapat dipergunakan kembali oleh petani.
Sebagai upaya penyempurnaan atas hasil pelaksanaan pengembangan biogas, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan melakukan evaluasi dan pengembangan inovasi teknologi yang lebih baik dan cocok untuk diterapkan di Kabupaten Bintan. Maka pada tahun anggaran 2009, selain pengembangan Biogas dengan tipe plastic, juga dicoba untuk pengembangan biogas jenis kubah (bahan fiber). Dari perbandingan tersebut, terlihat dilapangan bahwa ternyata biogas jenis kubah (bahan fiber) lebih dapat bertahan dan berfungsi dengan baik dibandingkan dengan biogas tipe plastic. Bahkan, Biogas jenis fiber tersebut hingga saat ini masih berfungsi dengan baik dan dimanfaatkan oleh petani untuk memasak.
Selain itu, sebagai upaya untuk lebih meningkatkan nilai mutu dan daya tahan instalasi Biogas, pengembangan Biogas saat ini di Kabupaten Bintan menggunakan Biogas tipe kubah yang terbuat dari Beton. Pengembangan energy alternative ini tersebar di Kecamatan Bintan Utara, Teluk Bintan, Gunung Kijang, Toapaya, Bintan Timur dan Teluk Sebong. Tentu saja daerah yang mendapatkan bantuan Biogas adalah daerah –daerah yang memiliki populasi ternak sapi, hal ini sesuai dengan syarat pengembangan Biogas adalah  memiliki/memelihara ternak sapi.
Analisis Manfaat Biogas
            Berdasarkan analisa umum dilapangan, ada banyak keunggulan Biogas dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar gas LPG (gas konvensional) atau minyak tanah dan kayu bakar. Analisa tersebut dijabarkan kedalam dampak yang ditimbulkan dari penggunaan Biogas, seperti uraian dibawah ini.
  1. Analisis Ekonomi
Dengan pemanfaatan kotoran ternak, petani penerima manfaat pengembangan energy alternative biogas tidak lagi mengeluarkan Biaya untuk konsumsi gas LPG dan minyak tanah. Biogas juga dapat digunakan sebagai lampu penerangan (sistem kerja seperti lampu petromak) dan bisa juga digunakan sebagai sumber energy generator listrik (genset), akan tetapi, di lapangan pemakaian generator listrik biogas masih belum dilakukan, hal ini mengingat, syarat kepemilikan sapi jika menggunakan genset adalah minimal 40-45 ekor ternak (pada kandang komunal) dan Biodigester yang dibentuk harus berukuran besar.
Selain penghematan biaya konsumsi gas LPG, Biogas juga dapat menjadi peluang bisnis untuk meningkatkan perekonomian rumah tangga, sehingga dapat membuka peluang lapangan usaha (lapangan kerja lokal). Hasil Biogas berupa Bio-Slurry dapat dijual dan sangat baik untuk menjadi pupuk organic. Bahkan limbah Bio-Slurry ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan pupuk organic lainnya, diantaranya adalah tidak berbau, sudah matang, sedikit gulma, bebas penyakit dan menambah humus sehingga dapat meningkatkan hasil produksi pertanian (panen melimpah), seperti cabe, jagung dan tanaman sayuran lainnya.
  1. Analisis Sosial
Beberapa petani di Bintan masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, oleh karena itu dengan adanya bantuan pengembangan Biogas tersebut hal ini akan mengubah perilaku sosial petani untuk tidak lagi mencari kayu bakar di hutan. Bahkan, petani dapat hemat waktu memasak (tidak perlu waktu untuk mencari kayu bakar, dimana sekitar 2 jam/hari/keluarga untuk membersihkan dan mengumpulkan kayu) sehingga waktu untuk mencari kayu bakar dapat digunakan untuk lebih produktif.  Bahkan Biogas aman, tdk dapat meledak. Rasa aman dan nyaman inilah menjadi sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sosial masyarakat.
  1. Analisis Lingkungan Hidup (Environmental)
Dengan mengembangkan energy alternative Biogas, kandang sapi menjadi lebih bersih, karena kotorannya selalu diambil (dimanfaatkan), sehingga pencemaran lingkungan seperti bau, polusi udara di dalam rumah petani dan lingkungan dapat dikendalikan. Bahkan perilaku mengambil kayu bakar sebagai sumber untuk memasak juga dapat ditekan bahkan dihentikan. Hal ini berdampak pada lestarinya lingkungan hutan (kayu), sehingga fungsi hutan menjadi optimal dan lingkungan hidup akan menjadi baik, pengurangan emisi gas rumah kaca, serta pencegahan pemanasan global.
Menurut hasil penelitian, gas yang dihasilkan oleh Biogas adalah gas ramah lingkungan berupa gas methan yakni gas yang hampir tidak berbau (jika berbau artinya ada kebocoran dalam biodigester pengolah) dan tidak berwarna, 20% lebih ringan dibandingkan udara, gas ini terbakar dengan nyala api berwarna biru cerah dan tidak berasap. Selain itu, gas ini lebih banyak panas (suhu pembakaran ± 650 – 750 derajat celcius) dibandingkan dengan minyak tanah, kayu bakar, arang dan bahan bakar tradisional lainnya. Komponen Biogas lainnya adalah Karbon Dioksida, Hydrogen, Uap air dan Hydrogen Sulphide, dimana semua kandungan tersebut tidak berpotensi menimbulkan ledakan (meletus). Artinya, komponen dan struktur kimiawi Biogas ini sangat ramah dan tidak mencemari lingkungan. Bahkan program Biogas Rumah (Biru) menjadi salahsatu program andalan yang digalakkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Kementerian Pertanian (Kementan).
            Semoga dengan pemanfaatan energy alternative Biogas dapat mewujudkan kemandirian energy dinegeri ini. Semoga !

Drh. Iwan Berri Prima

-        Sekretaris Umum PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia)
Cabang Kepulauan Riau
-        Kasubbag Penyusunan Program, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab.Bintan
-        Pengajar pada Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kementerian Kesehatan Tanjungpinang, Kepri

    Choose :
  • OR
  • To comment