Wednesday, September 22, 2021

Pilihan Itu Bernama Kedokteran Hewan


Pada tahun 2003, hampir 18 tahun yang lalu, saya merupakan siswa jurusan IPA di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA), kala itu bernama Sekolah Menengah Umum (SMU). Sebagai anak kelas 3 (kelas 12), saya diberikan kesempatan oleh sekolah untuk mendaftarkan diri ke perguruan tinggi negeri (PTN) sesuai dengan keinginan kita. Jalur yang diambil saat itu adalah jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan). Artinya, pendaftaran dilakukan tanpa melalui ujian, hanya mengirimkan berkas sesuai dengan berkas yang dipersyaratkan oleh masing-masing kampus.

Namun demikian, jauh sebelum pendaftaran PMDK, sejatinya telah datang beberapa mahasiswa (alumni SMU) hadir ke sekolah memberikan informasi tentang kampusnya. Beragam cara dan teknik promosi yang meraka sampaikan, tapi sebagian besar menggunakan brosur sebagai alat komunikasi, informasi dan edukasinya.

Terus terang, saya cukup tertarik ketika membaca brosur tentang sekolah tinggi pelayaran semarang (saat ini bernama Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang). Sebuah kampus kedinasan milik Departemen Perhubungan (Saat ini kementerian Perhubungan RI). Alasan saya saat itu cukup kuat, saya hampir 12 tahun ditempa sebagai anak pramuka, peserta terbaik disetiap kegiatan pramuka dan menjadi utusan sekolah untuk mengikuti Raimuna Ranting, Raimuna Cabang, Raimuna Daerah dan terakhir Raimuna Nasional. Belum lagi saya termasuk angkatan pertama pramuka Saka Bhayangkara di kecamatan, karena kebetulan saat itu ada pemekaran kecamatan dan pembentukan kepolisian sektor (polsek) baru.

Selain itu, keikutsertaan saya dalam organisasi pramuka bukan hanya membentuk karakter dan kepribadian saya, tetapi juga membentuk ketahanan fisik dan stamina yang baik. Sehingga tidak ada alasan untuk takut mendaftar di PIP Semarang.

Akan tetapi, keinginan saya ternyata tidak bersambut. Orang tua, terutama Ibu, tidak berkenan jika saya menjadi seorang pelaut. Alasan ibu saat itu sederhana, ibu tidak mau ditinggalkan terlalu lama ketika saya menjadi seorang pelaut. Benar saja, pelaut memang jarang berada di rumah. Aktifitasnya lebih banyak dihabiskan di lautan. Oleh sebab itu, setelah mendapat gambaran alasan seperti itu, niat saya untuk mendaftarpun saya urungkan.

Namun ternyata bukan itu alasan ibu sebenarnya, belakangan hari saya baru tahu, sehingga jujur saja, dalam beragam tulisan, saya belum pernah menulis alasan ini. Hal ini terkait dengan masa lalu ibu. Ketika ibu masih kecil, ada keluarga ibu yang seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut. Karena bersama mereka, ibu merasa iba (empati) ketika sang istri harus ditinggal suaminya bertugas dan ternyata dalam tugasnya, sang suami gugur (kala itu diberitakan tewas bersama dengan Yos Soedarso di atas KRI Macan Tutul di Laut Aru, Arafura Sea). Meninggalkan anak perempuan, yang saat itu menjadi sahabat ibu sejak kecil. Dari sahabatnya inilah Ibu merasa anaknya tidak dibolehkan mengalami hal yang serupa. Padahal, gugur dalam tugas merupakan tugas mulia. Pahlawan bangsa.

Akhirnya, ibu memberi saran, sebaiknya ambil saja jurusan kedokteran. Apapun dokternya, mau dokter umum, dokter gigi maupun dokter hewan. Karena diberi saran seperti itu, Saya pun memantapkan hati untuk mendaftar di tiga kampus kedokteran, yakni di Fakultas Kedokteran Umum Undip Semarang, Fakultas Kedokteran Gigi UGM Yogyakarta dan Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor. Bersyukur, pilihan kedokteran hewan menjadi takdir yang saya terima. Saya lulus PMDK di FKH IPB tahun 2003.

Ketika harus menjelaskan mengapa mengambil jurusan kedokteran, khususnya kedokteran hewan, bagi saya banyak alasan yang bisa saya ceritakan. Tapi yang pasti, saya ikut apa kata ibu. Saya tidak membantah atau melawan saran ibu. Bagi saya, Mengikuti hal yang baik dari orangtua merupakan salahsatu jalan menggapai keberkahan ilahi.

Namun apapun alasan itu, kecintaan saya pada laut juga tidak terelakkan. Buktinya saya kini pun mengabdi menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di salah satu daerah di Provinsi Kepulauan Riau, sebuah daerah kepulauan yang sangat indah dan mengagumkan. Bangga menjadi warga kepulauan dan bangga menjadi dokter hewan.


Tulisan ini merupakan bagian dari Buku Antologi : 1000 Alasan Menjadi Dokter Hewan (Penerbit: Veterinary Indie Publisher, 2021)

    Choose :
  • OR
  • To comment