Saturday, August 07, 2021

Faktor Penting Penunjang Keberhasilan Usaha Peternakan


Memiliki hewan peliharaan, seperti hewan ternak merupakan sebuah prestasi tersendiri. Bahkan ternak dapat menjadi simbol kebanggaan (prestisius) bagi pemiliknya dan dapat dijadikan sebagai lapangan usaha bagi masyarakat, khususnya masyarakat di perdesaan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 Jo UU Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, pengertian Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.

Artinya, ternak sangat berkaitan erat dengan produk pangan. Sehingga berdasarkan hal ini, hewan seperti anjing dan kucing tidak termasuk kategori ternak. Anjing dan kucing dikategorikan sebagai hewan kesayangan (pet animal). Terlebih, saat ini Keberadaannya telah menjadi bagian dari keluarga dan tidak terlepas dari kehidupan pemiliknya.

Akan tetapi, berkenaan dengan pengawasan kesehatan hewan, di tataran pemerintahan, hewan kesayangan masih menjadi ranah (kewenangan) dinas yang membidangi urusan kesehatan hewan. Namun karena urusan kesehatan hewan biasanya bersama dengan urusan peternakan, maka pengawasannya masih dalam lingkup peternakan dan kesehatan hewan.

Selain itu, sektor peternakan juga merupakan salah satu penyumbang ketahanan pangan di suatu daerah. Jika ingin daerahnya aman dari ancaman krisis pangan, maka seorang kepala daerah sudah seharusnya pro terhadap sektor peternakan.

Belum lagi, produk hewan asal ternak juga terbukti mampu menyumbangkan protein hewani yang dapat mencerdaskan generasi bangsa.

 

Secara umum, jenis peternakan yang diusahakan masyarakat terdapat 2 jenis. Pertama, usaha peternakan ternak unggas (ayam ras, ayam buras, ayam petelur, itik dan lain sebagainya).

Kedua, usaha peternakan ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, kambing, kerbau dan lain sebagainya).

Untuk jenis ternak unggas, terutama ternak ayam ras (terdiri dari ayam pedaging dan ayam petelur), sebagian besar tatalaksana usaha peternakannya telah menggunakan sistem semi modern dan modern.

Dengan kata lain, pengusahaan budidaya ternak ayam jenis ini telah memenuhi kaidah dan manajemen peternakan yang relatif lebih baik. Buktinya, mulai dari pengadaan DOC (bibit/ anak ayam), hingga pemanenan, semuanya tersistem dengan mempertimbangkan biosecurity yang cukup ketat.

Wajar, jika keuntungan dalam bisnis perayam ini cukup menggiurkan. Meski, kerugiannya jika terjadi, juga cukup dalam (besar).

Akan tetapi, sejatinya setiap bisnis mengalami keuntungan dan kerugian itu adalah hal yang lumrah. Namun yang pasti, usaha peternakan ayam ras merupakan usaha yang menjanjikan dan patut untuk dicoba.

Lantas bagaimana dengan usaha ternak ruminansia? Guna mendapatkan keberhasilan dan meminimalisir kerugian, berikut ini adalah tips yang dapat diperhatikan dalam usaha ternak ruminansia. Terutama bagi pemula untuk memelihara ternak Sapi.

1. Pelajari dengan baik, tujuan pemeliharaan ternak. Apakah untuk penggemukan yang di potong untuk dimanfaatkan dagingnya atau dipotong saat hari raya Idul Adha (hewan kurban) atau apakah untuk pengembangbiakan dengan tujuan peningkatan populasi.

2. Jika tujuannya untuk penggemukan, maka jenis ternak yang dipelihara adalah jenis hewan jantan.

 

3. Jika tujuannya untuk pengembangbiakan, maka perbanyaklah jenis hewan betina yang dipelihara. Perbandingannya bisa 1 jantan dengan 5 betina atau jika ingin memanfaatkan teknologi kawin buatan atau Inseminasi Buatan (IB), jumlah jantan bisa lebih sedikit.

4. Belilah bibit ternak saat usia dara untuk penggemukan. Sedangkan untuk pengembangbiakan, berdasarkan pengalaman lapangan penulis, usahakan belilah indukan (sapi betina) yang sudah pernah beranak satu kali. Hal ini untuk memudahkan dalam proses pengembangbiakan.Namun jika tidak ada, maka usahakan pilih bibit sapi dara (betina) yang berperawakan besar.

5. Memelihara sapi jenis Bali sangat dianjurkan bagi pemula. Karena sapi Bali memiliki keunggulan diantaranya tahan terhadap kondisi lingkungan di Indonesia dan relatif mudah dipelihara. Bahkan, bagi peternak pemula di luar pulau Jawa, sapi jenis Bali merupakan jenis sapi favorit yang banyak dipelihara peternak.

6. Pilihlah sapi yang sehat. Konsultasikan dengan dokter hewan anda jika akan memilih sapi untuk bibit atau sapi bakalan (untuk dipotong) yang dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan hewan dari dokter hewan.

7. Adapun ciri-ciri sapi sehat dapat diamati secara klinis dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a)    Keadaan tubuh, sapi yang sehat biasanya keadaan tubuhnya akan bulat berisi (gemuk), tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan rambut, tidak ada tanda-tanda kerusakan dan kerontokan pada rambut (licin dan mengkilat). Selaput lendir dan gusi berwarna merah muda. Ujung hidung bersih dan lembab (tidak kering). Menurut Sayu Raka Padma Wulan Sari dkk, yang dimuat dalam Buletin Veteriner Udayana edisi Februari 2016, Suhu tubuh anakan (pedet) sapi bali umur 4-6 bulan adalah 38,62 ± 0,17°C.

b)    Sapi yang sehat juga berdiri dengan kokoh, ditopang oleh keempat kakinya, tidak adanya cairan pada lubang kumlah (mata, telinga, hidung, anus dan kemaluan untuk betina), terdapat sepasang testis yang normal pada jantan.

c)     Sikap dan tingkah laku, Sapi yang sehat biasanya akan peka terhadap lingkungan (aktif). Bila diberi pakan, maka akan merespon untuk makan, juga memiliki keinginan untuk minum (nafsu makan dan minum baik). Sapi yang terus menerus tiduran memberikan kesan bahwa sapi tersebut sakit atau mengalami kelelahan. Selanjutnya, ternak yang sehat juga memiliki pandangan mata yang tajam, tidak sayu dan tidak murung.

d)    Pernapasan dan denyut jantung, Pernafasan Sapi sehat bernafas dengan tenang dan teratur, kecuali ketakutan, kerja berat, udara panas dan sedang tiduran biasanya akan lebih cepat. Menurut Sayu Raka Padma Wulan Sari dkk, yang dimuat dalam Buletin Veteriner Udayana edisi Februari 2016, pada anakan (pedet) sapi Bali umur 4-6 bulan frekuensi respirasi sebesar 38,40 ± 6,98 kali/menit, frekuensi pulsusnya 86,20 ± 6,24 kali/menit, dan frekuensi degup jantung: 86,11 ± 4,87 kali/menit.

e)    Pencernaan, pada sapi sehat memamah biak dengan tenang sambil istirahat/ tiduran. Setiap gumpalan pakan di kunyah 60-70 kali. Pembuangan kotoran dan urin normal, namun jika ternak mengalami kecacingan, biasanya ditandai dengan perut yang membesar, badan kurus dan rambut akan menggimbal. Selain itu, kotoran ternak yang cair dan mengotori area anus juga menjadi indikasi adanya gangguan pencernaan.

8. Pilihlah ternak yang memiliki penampilan fisik yang baik. Untuk ternak potong, penampilan fisik berpengaruh terhadap kuantitas daging sapi dan keekonomian pemotongan sapi. Biasanya sapi jantan cenderung lebih berotot. Sedangkan sapi betina produktif dilarang untuk dipotong. Adapun Penampilan fisik yang harus diperhatikan diantaranya adalah :

a)    Ukuran badan panjang dan dalam, adanya rusuk panjang memungkinkan sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak.

b)    Bentuk tubuh segi empat. Pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah dan belakang serasi serta memiliki garis badan atas dan bawah yang sejajar.

c)     Paha sampai pergelangan penuh berisi daging.

d)    Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan.

e)    Kaki besar dan kokoh.

 

Sedangkan untuk ternak bibit (indukan betina), sebagaimana dilansir situs pakanternaknutrifeed.co.id, perhatikan hal-hal berikut ini:

1)    Pilih ternak betina yang cukup umur. Faktor umur sangat berpengaruh pada tingkat produksi dan reproduksi sapi. Jadi, pilihlah sapi yang telah cukup umur agar nantinya pengembangbiakannya lebih optimal. Umur sekitar 18-24 bulan adalah umur yang ideal bagi sapi betina untuk mulai menjadi sebagai indukan.

2)    Perhatikan eksterior sapi. Caranya adalah dengan melihat langsung tampilan fisiknya. Selayaknya dalam memilih pejantan unggul untuk ternak potong, calon indukan betina unggul untuk ternak pengembangbiakan juga harus memenuhi kriteria. Hal ini juga tertuang dalam Permentan Nomor 19 Tahun 2012, Persyaratan Mutu Bibit dan Benih Ternak.

 

Selanjutnya, secara umum indukan betina unggul setidaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:

a)    Sehat dan tidak cacat. Kondisi bakal indukan tentu saja harus sehat. Mata dan kulit terlihat mengkilap, warna tubuh juga harus sesuai dengan bangsanya. Selain itu bakal indukan betina yang unggul biasanya cenderung bertanduk pendek. Untuk menyatakan kesehatan ternak, sebaiknya senantiasa berkonsultasi dengan dokter hewan di tempat anda.

b)    Kaki besar dan lurus. Hal ini bertujuan agar nantinya ternak mampu menopang tubuhnya dengan baik terutama saat bunting.

c)     Ukuran tubuh sapi ideal, tidak terlalu gemuk dan tidak kurus. Pasalnya jika terlalu gemuk, sapi akan malas dan tingkat kemandulan lebih tinggi. Sementara itu akan membahayakan sapi itu sendiri bila tubuhnya terlalu kurus.

d)    Berdimensi lebar. Sapi betina untuk indukan yang unggul memiliki pertumbuhan dimensi yang lebar dibagian tubuh tertentu. Seperti pada tulangan atas dan pantat. Tulangan atas/ punggung yang lebar menandakan organ dalam lebih besar sehingga membantu produktivitas lebih tinggi. Sedangkan dimensi pantat yang lebar dapat memudahkan sapi proses melahirkan.

e)    Memiliki ambing susu yang ideal. Pilihlah calon indukan yang ambing susunya tampak menggantung dan ukuran putingnya sama besar. Hal ini menjadi salah satu tanda tingkat reproduksi dan kesuburan induk betina baik.

Berdasarkan uraian ini, wajar jika keberhasilan usaha peternakan memiliki kriteria tertentu dalam pelaksanaannya. Hal ini agar dalam memelihara ternak (sebagai mahluk hidup), tidak berakhir pada kegagalan (kematian).

Selain itu, semoga dengan semakin meningkatnya konsumsi pangan asal hewan, seperti daging, susu dan telur, ini semakin meningkatkan intensi (minat) generasi milenial untuk menjalankan usaha (bisnis) peternakan. Terlebih, urusan pangan, merupakan urusan wajib yang harus diusahakan guna mendukung ketahanan pangan di daerah. Semoga!


* Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Vetnesia Edisi Juni Tahun 2021

    Choose :
  • OR
  • To comment