Memiliki hewan peliharaan, seperti hewan ternak merupakan sebuah prestasi tersendiri. Bahkan ternak dapat menjadi simbol kebanggaan (prestisius) bagi pemiliknya dan dapat dijadikan sebagai lapangan usaha bagi masyarakat, khususnya masyarakat di perdesaan.
Berdasarkan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 Jo UU Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan, pengertian Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya
diperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau
hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
Artinya,
ternak sangat berkaitan erat dengan produk pangan. Sehingga berdasarkan hal
ini, hewan seperti anjing dan kucing tidak termasuk kategori ternak. Anjing dan
kucing dikategorikan sebagai hewan kesayangan (pet animal). Terlebih, saat ini
Keberadaannya telah menjadi bagian dari keluarga dan tidak terlepas dari
kehidupan pemiliknya.
Akan
tetapi, berkenaan dengan pengawasan kesehatan hewan, di tataran pemerintahan,
hewan kesayangan masih menjadi ranah (kewenangan) dinas yang membidangi urusan
kesehatan hewan. Namun karena urusan kesehatan hewan biasanya bersama dengan
urusan peternakan, maka pengawasannya masih dalam lingkup peternakan dan
kesehatan hewan.
Selain
itu, sektor peternakan juga merupakan salah satu penyumbang ketahanan pangan di
suatu daerah. Jika ingin daerahnya aman dari ancaman krisis pangan, maka
seorang kepala daerah sudah seharusnya pro terhadap sektor peternakan.
Belum
lagi, produk hewan asal ternak juga terbukti mampu menyumbangkan protein hewani
yang dapat mencerdaskan generasi bangsa.
Secara
umum, jenis peternakan yang diusahakan masyarakat terdapat 2 jenis. Pertama, usaha peternakan ternak unggas
(ayam ras, ayam buras, ayam petelur, itik dan lain sebagainya).
Kedua,
usaha peternakan ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, kambing, kerbau
dan lain sebagainya).
Untuk
jenis ternak unggas, terutama ternak ayam ras (terdiri dari ayam pedaging dan
ayam petelur), sebagian besar tatalaksana usaha peternakannya telah menggunakan
sistem semi modern dan modern.
Dengan
kata lain, pengusahaan budidaya ternak ayam jenis ini telah memenuhi kaidah dan
manajemen peternakan yang relatif lebih baik. Buktinya, mulai dari pengadaan
DOC (bibit/ anak ayam), hingga pemanenan, semuanya tersistem dengan
mempertimbangkan biosecurity yang
cukup ketat.
Wajar,
jika keuntungan dalam bisnis perayam ini cukup menggiurkan. Meski, kerugiannya
jika terjadi, juga cukup dalam (besar).
Akan
tetapi, sejatinya setiap bisnis mengalami keuntungan dan kerugian itu adalah
hal yang lumrah. Namun yang pasti, usaha peternakan ayam ras merupakan usaha
yang menjanjikan dan patut untuk dicoba.
Lantas
bagaimana dengan usaha ternak ruminansia? Guna mendapatkan keberhasilan dan
meminimalisir kerugian, berikut ini adalah tips yang dapat diperhatikan dalam
usaha ternak ruminansia. Terutama bagi pemula untuk memelihara ternak Sapi.
1.
Pelajari dengan baik, tujuan pemeliharaan ternak. Apakah untuk penggemukan yang
di potong untuk dimanfaatkan dagingnya atau dipotong saat hari raya Idul Adha
(hewan kurban) atau apakah untuk pengembangbiakan dengan tujuan peningkatan
populasi.
2.
Jika tujuannya untuk penggemukan, maka jenis ternak yang dipelihara adalah
jenis hewan jantan.
3.
Jika tujuannya untuk pengembangbiakan, maka perbanyaklah jenis hewan betina
yang dipelihara. Perbandingannya bisa 1 jantan dengan 5 betina atau jika ingin
memanfaatkan teknologi kawin buatan atau Inseminasi Buatan (IB), jumlah jantan
bisa lebih sedikit.
4.
Belilah bibit ternak saat usia dara untuk penggemukan. Sedangkan untuk
pengembangbiakan, berdasarkan pengalaman lapangan penulis, usahakan belilah
indukan (sapi betina) yang sudah pernah beranak satu kali. Hal ini untuk
memudahkan dalam proses pengembangbiakan.Namun jika tidak ada, maka usahakan
pilih bibit sapi dara (betina) yang berperawakan besar.
5.
Memelihara sapi jenis Bali sangat dianjurkan bagi pemula. Karena sapi Bali
memiliki keunggulan diantaranya tahan terhadap kondisi lingkungan di Indonesia
dan relatif mudah dipelihara. Bahkan, bagi peternak pemula di luar pulau Jawa,
sapi jenis Bali merupakan jenis sapi favorit yang banyak dipelihara peternak.
6.
Pilihlah sapi yang sehat. Konsultasikan dengan dokter hewan anda jika akan
memilih sapi untuk bibit atau sapi bakalan (untuk dipotong) yang dibuktikan
dengan surat keterangan kesehatan hewan dari dokter hewan.
7.
Adapun ciri-ciri sapi sehat dapat diamati secara klinis dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a) Keadaan
tubuh, sapi yang sehat biasanya keadaan tubuhnya akan bulat berisi (gemuk),
tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan rambut, tidak ada tanda-tanda
kerusakan dan kerontokan pada rambut (licin dan mengkilat). Selaput lendir dan
gusi berwarna merah muda. Ujung hidung bersih dan lembab (tidak kering). Menurut Sayu Raka Padma Wulan Sari dkk, yang dimuat
dalam Buletin Veteriner Udayana edisi Februari 2016, Suhu tubuh anakan (pedet)
sapi bali umur 4-6 bulan adalah 38,62 ± 0,17°C.
b) Sapi
yang sehat juga berdiri dengan kokoh, ditopang oleh keempat kakinya, tidak
adanya cairan pada lubang kumlah (mata, telinga, hidung, anus dan kemaluan
untuk betina), terdapat sepasang testis yang normal pada jantan.
c) Sikap
dan tingkah laku, Sapi yang sehat biasanya akan peka terhadap lingkungan
(aktif). Bila diberi pakan, maka akan merespon untuk makan, juga memiliki
keinginan untuk minum (nafsu makan dan minum baik). Sapi yang terus menerus tiduran
memberikan kesan bahwa sapi tersebut sakit atau mengalami kelelahan. Selanjutnya,
ternak yang sehat juga memiliki pandangan mata yang tajam, tidak sayu dan tidak
murung.
d) Pernapasan
dan denyut jantung, Pernafasan Sapi sehat bernafas dengan tenang dan teratur,
kecuali ketakutan, kerja berat, udara panas dan sedang tiduran biasanya akan lebih
cepat. Menurut Sayu Raka Padma Wulan Sari dkk, yang dimuat dalam Buletin
Veteriner Udayana edisi Februari 2016, pada anakan (pedet) sapi Bali umur 4-6
bulan frekuensi respirasi sebesar 38,40 ± 6,98 kali/menit, frekuensi pulsusnya
86,20 ± 6,24 kali/menit, dan frekuensi degup jantung: 86,11 ± 4,87 kali/menit.
e) Pencernaan,
pada sapi sehat memamah biak dengan tenang sambil istirahat/ tiduran. Setiap
gumpalan pakan di kunyah 60-70 kali. Pembuangan kotoran dan urin normal, namun
jika ternak mengalami kecacingan, biasanya ditandai dengan perut yang membesar,
badan kurus dan rambut akan menggimbal. Selain itu, kotoran ternak yang cair
dan mengotori area anus juga menjadi indikasi adanya gangguan pencernaan.
8.
Pilihlah ternak yang memiliki penampilan fisik yang baik. Untuk ternak potong,
penampilan fisik berpengaruh terhadap kuantitas daging sapi dan keekonomian
pemotongan sapi. Biasanya sapi jantan cenderung lebih berotot. Sedangkan sapi
betina produktif dilarang untuk dipotong. Adapun Penampilan fisik yang harus
diperhatikan diantaranya adalah :
a) Ukuran
badan panjang dan dalam, adanya rusuk panjang memungkinkan sapi mampu menampung
jumlah makanan yang banyak.
b) Bentuk
tubuh segi empat. Pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah dan belakang serasi
serta memiliki garis badan atas dan bawah yang sejajar.
c) Paha
sampai pergelangan penuh berisi daging.
d) Dada
lebar dan dalam serta menonjol ke depan.
e) Kaki
besar dan kokoh.
Sedangkan
untuk ternak bibit (indukan betina), sebagaimana dilansir situs pakanternaknutrifeed.co.id, perhatikan
hal-hal berikut ini:
1) Pilih
ternak betina yang cukup umur. Faktor umur sangat berpengaruh pada tingkat
produksi dan reproduksi sapi. Jadi, pilihlah sapi yang telah cukup umur agar
nantinya pengembangbiakannya lebih optimal. Umur sekitar 18-24 bulan adalah
umur yang ideal bagi sapi betina untuk mulai menjadi sebagai indukan.
2) Perhatikan
eksterior sapi. Caranya adalah dengan melihat langsung tampilan fisiknya. Selayaknya
dalam memilih pejantan unggul untuk ternak potong, calon indukan betina unggul
untuk ternak pengembangbiakan juga harus memenuhi kriteria. Hal ini juga
tertuang dalam Permentan Nomor 19 Tahun 2012, Persyaratan Mutu Bibit dan Benih
Ternak.
Selanjutnya,
secara umum indukan betina unggul setidaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Sehat
dan tidak cacat. Kondisi bakal indukan tentu saja harus sehat. Mata dan kulit
terlihat mengkilap, warna tubuh juga harus sesuai dengan bangsanya. Selain itu
bakal indukan betina yang unggul biasanya cenderung bertanduk pendek. Untuk
menyatakan kesehatan ternak, sebaiknya senantiasa berkonsultasi dengan dokter
hewan di tempat anda.
b) Kaki
besar dan lurus. Hal ini bertujuan agar nantinya ternak mampu menopang tubuhnya
dengan baik terutama saat bunting.
c) Ukuran
tubuh sapi ideal, tidak terlalu gemuk dan tidak kurus. Pasalnya jika terlalu
gemuk, sapi akan malas dan tingkat kemandulan lebih tinggi. Sementara itu akan
membahayakan sapi itu sendiri bila tubuhnya terlalu kurus.
d) Berdimensi
lebar. Sapi betina untuk indukan yang unggul memiliki pertumbuhan dimensi yang
lebar dibagian tubuh tertentu. Seperti pada tulangan atas dan pantat. Tulangan
atas/ punggung yang lebar menandakan organ dalam lebih besar sehingga membantu
produktivitas lebih tinggi. Sedangkan dimensi pantat yang lebar dapat
memudahkan sapi proses melahirkan.
e) Memiliki
ambing susu yang ideal. Pilihlah calon indukan yang ambing susunya tampak
menggantung dan ukuran putingnya sama besar. Hal ini menjadi salah satu tanda
tingkat reproduksi dan kesuburan induk betina baik.
Berdasarkan
uraian ini, wajar jika keberhasilan usaha peternakan memiliki kriteria tertentu
dalam pelaksanaannya. Hal ini agar dalam memelihara ternak (sebagai mahluk
hidup), tidak berakhir pada kegagalan (kematian).
Selain
itu, semoga dengan semakin meningkatnya konsumsi pangan asal hewan, seperti
daging, susu dan telur, ini semakin meningkatkan intensi (minat) generasi
milenial untuk menjalankan usaha (bisnis) peternakan. Terlebih, urusan pangan,
merupakan urusan wajib yang harus diusahakan guna mendukung ketahanan pangan di
daerah. Semoga!
* Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Vetnesia Edisi Juni Tahun 2021