Thursday, August 06, 2020

Lima Upaya Menghadapi Peningkatan Kasus Covid-19 dalam Situasi AKB

Sejak diumumkan Indonesia menghadapi Adaptasi Kehidupan Baru (AKB) atau lebih populer dengan istilah New Normal pada awal Juni 2020, pemerintah sejatinya sadar betul bahwa permasalahan Pandemi Covid-19 belum usai. Bahkan pakar kesehatan dunia pun memprediksi pandemi ini akan berakhir dalam waktu yang cukup lama.

Kebijakan pemerintah dengan menerapkan AKB sebenarnya sudah tepat. Pemerintah tidak ingin sektor lain diluar sektor kesehatan, seperti sektor ekonomi dan sosial justru semakin terpuruk. Badan kebijakan fiskal atau BKF Kementerian Keuangan sebagaimana dilansir cnbcindonesia.com (3 Juni 2020) memperkirakan angka kerugian akibat pandemi Covid-19 di Indonesia mencapai Rp 320 triliun selama kuartal pertama 2020. Hal ini ditandai dengan ekonomi nasional yang merosot sekitar 2,03%.

Meskipun dalam situasi wabah ini pemerintah telah meluncurkan berbagai macam bantuan untuk masyarakat terdampak, tapi memang kenyataannya belum mampu berbuat banyak dalam mendongkrak keterpurukan sektor ekonomi dan sosial. Jelas, ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Apalagi, masyarakat Indonesia yang sebelum diumumkan kebijakan AKB itu, seluruh rumah ibadah tidak boleh melakukan kegiatan keagamaan secara terbuka. Sebuah kondisi yang tentu saja bukan sesuatu yang baik untuk dilaksanakan. Bahkan, bisa memunculkan kondisi yang lebih parah. Bisa jadi akan lebih parah dibandingkan dengan dampak penyakit Covid-19 itu sendiri.

Namun demikian, penerapan kebijakan AKB yang telah dijalankan pemerintah harus dimaknai dengan benar bahwa pandemi belum usai. Kejadian cluster baru dari Pemprov Kepri yang beberapa hari ini sempat viral diberbagai media harus dimaknai dengan baik. Setidaknya ada lima hal yang bisa kita lakukan dalam menghadapi situasi peningkatan kasus Covid-19 dimasa AKB ini.

Pertama, Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan, termasuk mencegah penularan Covid-19 terus menerus ditingkatkan. Penerapan kebiasaan 3 M harus digelorakan, 3 M tersebut adalah membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun setelah beraktifitas atau memegang sesuatu yang berasal dari orang lain, Menggunakan masker dan Menjaga jarak (sosial distancing) dan fisical distancing (tidak berjabat tangan). Kadang kesadaran ini sering diabaikan, ketika sudah berhadapan dengan kondisi yang dilematis. Dalam Bahasa jawa sering disebut kondisi ewuh pakewuh. Ketika tidak salaman, dianggap sombong dan lain sebagainya. Justru sikap inilah yang harus dihilangkan. Namun bukan berarti menghilangkan jati diri bangsa sebagai orang timur, orang yang beradat dan beragama.

Kedua, Kita harus sadar bahwa virus dan sumber infeksi penyakit lainnya bisa menular dimana saja dan kapan saja. Kebiasaan hidup bersih dan sehat harus diterapkan. Terlebih Covid-19 belum ada obatnya dan vaksinnya masih dalam tahap pengujian. Selain itu, pola hidup bersih dan sehat juga menjadi cara yang ampuh untuk mengendalikan munculnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit lain yang harus juga diwaspadai saat musim penghujan seperti saat ini. Tetapi tentu kebiasaan ini harus dilakukan secara kompak bersama komunitas dalam lingkungannya. Artinya, kesadaran ini harus muncul menjadi sebuah kesadaran bersama.

Ketiga, ketika sudah merasakan kondisi sakit atau bahkan sudah dinyatakan terinfeksi penyakit termasuk Covid-19 tidak perlu takut. Covid-19 bukanlah aib dan juga bukan sesuatu yang harus ditakuti (sehingga kita menjadi paranoid). Yang paling penting justru terus berupaya untuk sembuh. Toh, penyakit ini dapat disembuhkan. Sudah banyak orang yang sembuh. Berdasarkan data dari Covid-19.go.id per 2 Agustus 2020 di Indonesia dari 111.455 orang yang positif Covid-19, sebanyak 68.975 orang (61,88%) dinyatakan sembuh.

Keempat, Mempertahankan daya tahan tubuh agar tetap dalam kondisi fit dan prima. Jika diperlukan, kita konsumsi vitamin. Mengonsumsi makanan bergizi yang kaya akan vitamin dapat membantu untuk meningkatkan sistem daya tahan tubuh. Melansir Harvard Health Publishing sebagaimana dimuat kompas.com (2 Juni 2020), salah satu cara sehat dan alami untuk mencukupi kebutuhan vitamin adalah dengan makan buah dan sayur. Diantaranya adalah vitamin c (terdapat pada buah jambu, jeruk, stroberi, paprika, bayam, kangkung, dan brokoli), vitamin B6 (Beberapa makanan kaya vitamin B6 di antaranya ayam, salmon, tuna, biji-bijian, kacang-kacangan, dan sayuan hijau), Vitamin E (Sumber vitamin E tertinggi adalah biji bunga matahari, Sedangkan buah-buahan yang kaya vitamin E adalah buah, alpukat, tomat, delima, labu, kiwi, mangga, pepaya, dan jambu biji) dan Vitamin D (Salah satu cara termudah untuk mendapatkan vitamin D adalah dengan berjemur di bawah sinar matahari. Tak perlu berlebihan, cukup 10 menit sampai 15 menit per hari).

Kelima, Meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan hewan dan lingkungan. Penyakit Infeksi Emerging (PIE) atau penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kalinya, atau telah ada sebelumnya namun meningkat dengan sangat  cepat, baik dalam jumlah kasus baru di dalam suatu populasi atau penyebarannya ke daerah geografis yang baru, sebagian besar adalah bersifat zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan. Covid-19 adalah jenis PIE yang diduga berasal dari hewan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh WHO (Badan kesehatan dunia) Semua bukti yang tersedia untuk COVID-19 menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 (Covid-19) memiliki sumber zoonosis terutama bagi orang yang memiliki kontak dekat dengan hewan kelelawar. Kesehatan hewan tidak boleh dianggap sebagai kesehatan nomor dua. Konsep one health (satu kesehatan) harus dilaksanakan sebagai bagian dari konsep dasar kesehatan masyarakat. Apalagi saat ini ditataran kampus, sejak tahun 2017 kedokteran hewan masuk kedalam rumpun ilmu kesehatan.

Semoga dengan AKB, kita semakin meningkatkan kesadaran bersama bahwa Covid-19 masih belum berakhir dan pada akhirnya kita dapat hidup berdampingan bersama Covid-19 dengan tanpa menimbulkan permasalahan kesehatan. Semoga!

Ditulis oleh: drh. Iwan Berri Prima, MM (Sekretaris Umum PDHI Kepri)

Tulisan ini pernah dimuat di Koran Tanjungpinang Pos, Edisi Rabu 5 Agustus 2020

    Choose :
  • OR
  • To comment