Kemudian sang profesor bertanya kepada mahasiswa: Coba kalian lihat, apakah toples ini sudah penuh dengan batu?, para mahasiswa dengan serentak menjawab: 'sudah pak..'
Selanjutnya, sang profesor memasukkan benda yang kedua, yakni kerikil. Dengan penuh hati-hati, sang profesor memasukkan kerikil-kerikil itu kedalam toples yang telah terisi dengan batu, dan kerikil itupun masuk memenuhi toples. Lantas kembali bertanya kepada mahasiswanya: Coba kalian lihat, apakah toples ini sudah penuh dengan kerikil?, para mahasiswa dengan serentak menjawab: 'sudah pak..'
Kemudian sang profesor pun kembali memasukkan benda yang ketiga, yakni pasir. Pasir-pasir itu dimasukkan kedalam toples yang telah berisi batu dan kerikil. Sama halnya dengan kondisi Batu dan Kerikil, pasir pun ternyata juga masih muat untuk dimasukkan kedalam toples oleh profesor. Dan toples itu pun kembali penuh dengan pasir. Sang profesor pun kembali bertanya kepada mahasiswanya: Coba kalian lihat, apakah toples ini sudah penuh dengan Pasir?, para mahasiswa pun dengan serentak menjawab: 'sudah pak..'
Lantas sang profesor menyampaikan apa makna eksperimen yang telah dilakukannya barusan tadi itu. "Coba perhatikan, anggaplah batu itu adalah sesuatu yang penting dan sesuatu yang besar. Dalam hidup, sesuatu yang penting dan hal-hal yang besar harus kita utamakan dan harus kita dahulukan. Sesuatu yang besar itu diantaranya adalah kepentingan umum atau kepentingan masyarakat yang luas, bisa juga, sesuatu yang besar itu adalah kebutuhan pokok kita, seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan atau lebih dikenal dengan kebutuhan primer".
Kemudian, kerikil, dalam hidup, kerikil kita ibaratkan sebagai sesuatu yang moderat. Setelah kepentingan umum kita dahulukan, selanjutnya adalah kepentingan yang moderat kita laksanakan. Kepentingan ini contohnya adalah kebutuhan akan rekreasi (wisata), pendidikan, dan lain sebagainya (Kebutuhan skunder). artinya, Kebutuhan ini akan dipenuhi setelah kebutuhan primer terpenuhi.
Setelah itu, Pasir, pasir dalam kehidupan sehari-hari kita ibaratkan sebagai hal-hal yang kecil. Hal kecil ini juga dianalogikan sebagai kebutuhan tersier. Kebutuhan yang boleh dipenuhi setelah kebutuhan primer dan skunder telah dipenuhi. Adapun contoh dari kebutuhan ini adalah kebutuhan akan kendaraan bermotor (motor mahal, mobil mahal), Laptop, Komputer, rumah mewah, pakaian mahal, perhiasan-perhiasan dan barang-barang yang sifatnya tidak primer dan tidak skunder lainnya.
Oleh sebab itu, coba perhatikan, jika yang dimasukkan kedalam toples pertama kali adalah pasir, apakah ada celah untuk memasukkan batu dan kerikil? tentu saja jawabannya tidak. Pasir akan sangat mendominasi. Pasir tidak akan memberi ruang bagi masuknya batu dan kerikil. Pasir yang kecil itu, bahkan menjadi penghambat bagi benda-benda lain.
Demikian juga dengan hidup, jika kita terlalu banyak mengedepankan dan mendahulukan kebutuhan tersier, maka kebutuhan akan primer dan skunder juga akan tertutup. Tidak ada celah. Oleh karena itu, mari kita renungkan, dibulan penuh berkah ini, Allah SWT sebenarnya telah menetapkan urutan-urutan dalam kehidupan ini sedemikian rupa.
Penuhilah dan utamakan lah terlebih dahulu kebutuhan utamamu (ibarat batu), kemudian kebutuhan skundermu (ibarat kerikil) dan barulah kemudian penuhi kebutuhan tersiermu (ibarat pasir).
Penuhilah dan utamakan lah terlebih dahulu kebutuhan utamamu (ibarat batu), kemudian kebutuhan skundermu (ibarat kerikil) dan barulah kemudian penuhi kebutuhan tersiermu (ibarat pasir).
Jangan dibalik dan jangan terbalik. Sesungguhnya hal-hal yang kecil, dapat menghambat sesuatu yang besar. Boleh kita memperhatikan yang kecil-kecil, tetapi setelah kita menyelesaikan hal-hal yang besar. Bahkan, dengan kita memperhatikan yang besar, sesungguhnya kita telah memberikan ruang untuk hal-hal yang kecil.
Semoga, hari-hari kita terus diisi dengan selalu mengedepankan kepentingan yang besar. semoga!
Tanjungpinang, 12 Ramadhan 1439 H